Oleh: Dr. Ir. Indra Iskandar
“Jadi sebenarnya kalau Bapak Ibu makan dua buah pisang, itu artinya sudah cukup mengenyangkan, untuk mengganti satu porsi nasi,” kata Wapres KH Ma’ruf Amin saat menyaksikan panen pisang Cavendish di Ponorogo, Jatim Rabu (30/3/022).
Ternyata, pernyataan Wapres itu viral. Ada yang pro, ada yang kontra. Yang pro, pernyataan Kyai Ma’ruf tersebut harus didukung. Ini karena mengajak masyarakat untuk mendiversifikasi makanan pokoknya. Indonesia di masa depan, hanya akan meraih ketahanan pangan jika rakyatnya mau melakukan diversifikasi makanan pokok. Pisang adalah salah satu jenis panganan yang bisa menjadi alternatif makanan pokok.
Tapi bagi yang kontra, pernyataan Wapres tersebut dianggap mengada-ada. Mana mungkin rakyat yang terbiasa mengonsumsi nasi disuruh makan pisang? Ini adalah bentuk ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan beras untuk rakyat, kata yang kontra.
Pendapat kedua tersebut jelas sumir. Karena di dunia ini, banyak negara yang makanan pokok rakyatnya adalah pisang. Beberapa negara di Afrika seperti Uganda dan Rwanda, misalnya, makanan pokoknya pisang. Begitu juga negara-negara di Karibia seperti Grenada, Guatemala, dan Honduras, salah satu makanan pokoknya adalah pisang.
Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Sobir menyatakan buah pisang berpotensi menggantikan beras sebagai makanan pokok.
Kenapa? Di samping kadar karbohidratnya tinggi, pisang mengandung serat, vitamin, mineral, kalsium dan kalium yang tinggi pula. Sehingga bisa menjaga kekuatan tulang dan kesehatan jantung. Karena kandungan pisang yang istimewa tersebut, sejumlah atlet ternama seperti Wayde van Niekerk pelari marathon Afrika Selatan, Usain Bolt pelari tercepat dunia asal Jamaica, pebasket top dunia Michael Jordan dari AS, dan lain-lain terkenal rajin mengonsumsi pisang.
“Pisang dikonsumsi untuk memberi energi instan. Atlet ternama di dunia rajin mengonsumsi pisang karena kandungan zatnya seperti Kalium dan Kalsium sangat tinggi untuk menyehatkan jantung dan menguatkan tulang,” tambah Sobir. Jadi salah besar jika ada orang menganggap pisang sebagai makanan yang tidak bisa untuk mengganti nasi.
“Dari segi kandungan karbohidrat (energi), mineral, dan vitamin — pisang berpotensi menjadi pengganti makanan pokok yang sehat,” tambah Guru Besar IPB University tadi.
Jumlah produksi pisang nasional saat ini seperempat dari produksi beras. Padahal pisang belum dibudidayakan secara massal dan intensif seperti padi. Mengingat potensi pisang bisa mencapai 55 ton per hektar, jauh di atas padi, maka budidaya pisang perlu dipopulerkan di Indonesia. Itulah sebabnya Prof. Sobir mengajak masyarakat untuk tidak tergantung pada beras sebagai makanan pokok. Ia berharap masyarakat mencoba pisang sebagai makanan pokok pengganti. Dari perspektif itulah kita mengapresiasi pernyataan Wapres KH Ma’ruf Amin.
Indonesia tidak bisa bergantung dengan satu pangan saja. Tahun 2045 nanti akan sulit kalau hanya bergantung pada beras. Ini karena perubahan iklim akibat pemanasan suhu bumi (global warming), akan menyebabkan tanaman padi sulit berkembang. Bahkan terhambat pertumbuhannya. Itulah sebabnya, jika Indonesia ingin segera mencapai swasembada pangan, sarat utamanya adalah diversifikasi makanan pokok. Salah satunya adalah pisang — seperti dikataakan wapres di atas. Survei terbaru menyatakan pisang akan menjadi sumber makanan pokok dunia mendatang.
Kenapa? Akibat krisis pangan dan perubahan iklim. Saat itulah, tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai terganggu pertumbuhannya. Tapi tidak demikian dengan pisang. Pisang mudah ditanam di mana saja. Pemeliharaannya mudah. Tidak rakus pupuk. Sehingga bisa ditanam di dekat rumah.
Secara umum kadar kandungan gizi dalam satu buah pisang matang adalah 99 kalori, 25,8 mg karbohidrat, 1,2 gr protein, 0,7 gr serat, 8 mg kalsium, 358 mg kalium, dan 0,2 gr lemak. Selain itu, pisang juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan juga air. Makan pisang membuat perut terasa kenyang karena karbohidrat yang terkandung di dalam pisang tergolong dalam karbohidrat yang dicerna secara lambat.
Di samping pisang, Indonesia memiliki 77 jenis tanaman sumber karbohidrat yang bisa menjadi substitusi makanan pokok. Seperti jagung, singkong, ubi jalar (boled), sagu, ganyong, gembili, garut, uwi, sukun, dan lain-lain. Jika 77 jenis pangan sumber karbohidrat itu bisa mensubstitusi makanan pokok (beras), niscaya Indonesia tidak punya istilah krisis pangan. Sepanjang tahun, makanan yang menimbulkan rasa kenyang selalu tersedia melimpah.
Saat ini, Indonesia – meski katanya sudah swasembada pangan – tiap tahun masih impor beras cukup banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras Indonesia periode September-Desember 2021 mencapai 114,45 ribu ton senilai US$ 51,76 juta dolar USD. Nilai tersebut meningkat 24,4% dibading triwulan sebelumnya — 92 ribu ton dengan nilai US$ 40,38 juta. Secara akumulatif, periode Januari-Desember 2021, volume impor beras Indonesia mencapai 407,74 ribu ton. Angka tersebut tumbuh 14,44% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari data di atas, Indonesia masih belum swasembada beras. Dan jika tidak ada diversifikasi makanan pokok, niscaya swasembada pangan tersebut sulit tercapai. Dari perspektif inilah kita seharusnya mengapresiasi pernyataan Wapres KH Ma’ruf Amin tentang pisang sebagai substitusi makanan pokok.*
Penulis adalah Sekretaris Jenderal DPR RI