INDONESIAREVIEW.ID, Jakarta – Halal Industri Event 2022 diprakarsai oleh Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), didukung Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO). Selain menunjukan situasi pandemi sudah semakin terkendali di Indonesia, kehadiran Wapres juga menjadi bukti pemerintah menempatkan prioritas utama pada pembangunan dan pengembangan ekonomi Islam.
Chairman IHLC, Dr. H. Sapta Nirwandar mengatakan, State of Global Islamic Economy (SGIE) Report merupakan laporan tahunan yang hingga saat ini menjadi sumber informasi dan referensi bagi pembangunan dan pengembangan ekonomi Islam global. Laporan ini disusun oleh DinarStandard Dubai yang telah membangun kerjasama dengan IHLC sejak beberapa tahun yang lalu.
“SGIE report 2022 ini edisi ke-9 yang cukup istimewa, karena merekam data-data menggeliatnya ekonomi Islam yang recover pasca pandemi Covid-19,” sambungnya.
Ia menambahkan, setelah ekonomi Islam mengalami penurunan 8% pada 2020 akibat pandemi, tahun ini diprediksi pemulihan sebesar 9,1% akan terjadi. Indonesia mempunyai peluang untuk tumbuh kembali dan berkembang lebih besar, terutama di sektor pangan halal dan modest fashion.
“Hal ini tentu memberikan semangat dan sejalan dengan tekad dan kebijakan pemerintah yang dikomandoi langsung oleh Bapak Presiden Jokowi dan Wapres KH. Ma’ruf Amin untuk menjadikan Indonesia menjadi pusat produsen produk halal dunia di tahun 2024,” kata Sapta, yang juga Chairman Indonesia Tourism Forum, Selasa (24/05/2022).
Pada kesempatan yang sama, Wapres pun memberikan dua arahan untuk menegaskan kembali bahwa kelangsungan bisnis ritel UMKM ini menuntut keterlibatan seluruh aktor dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah untuk saling menyangga dan bekerja sama, sebagaimana prinsip saling tolong menolong (ta’awun) dalam Islam.
“Pertama, kesadaran untuk saling menopang antarpemangku kepentingan akan menciptakan solusi-solusi untuk beragam masalah seperti pendanaan riset dan pengembangan, penguasaan inovasi dan teknologi, peningkatan kualitas dan kapasitas SDM, hingga akses pasar,” paparnya.
Sebab, tambah Wapres, tanpa dukungan riset dan inovasi, kita akan kehilangan peluang besar untuk ekspor produk halal, baik ke negara-negara OKI maupun non-OKI.
“Selain itu, kolaborasi riset akan mendorong inovasi pada industri produk halal, termasuk untuk memenuhi kebutuhan bahan dan produk substitusi impor,” lanjutnya.
Yang kedua, Wapres menilai support atau dukungan antara industri besar dan kecil juga merupakan faktor pendukung yang sangat penting. Ia pun mengisahkan pengalamannya saat melakukan kunjungan kerja ke daerah dimana banyak mengamati UMKM-UMKM yang dapat menembus pasar ekspor dengan saling mendukung satu sama lain dan berinovasi.
“Saya berharap industri besar dapat mendukung UMKM, diantaranya melalui fasilitasi inkubasi bisnis, pendanaan kreatif, penguatan kapasitas dan literasi, maupun pengintegrasian global halal hub,” pungkas Wapres.
Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey turut menyampaikan pada pembukaan Pusat Produk Halal Indonesia ini berperan sebagai inkubator bagi UKM untuk naik kelas. Pelaku UKM dapat mendaftar untuk sertifikasi halal langsung di tempat tersebut.* (fr-rls)