INDONESIAREVIEW.ID, KULONPROGO – Membangun ketahanan pangan antara lain dengan mengintegrasikan budidaya (on-farm) dan pasca panen (off-farm) serta pasar sehingga rantai nilai pangan lebih efisien yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, Guntur Subagja Mahardika, mengungkapkan salah satu permasalahan pangan, khususnya padi, nasional karena tidak terintegrasinya ekosistem dari hulu hingga hilir produksi padi.
“Konsep korporatisasi petani yang mengkolaborasikan semua pihak yang terlibat dalam rantai nilai pangan menjadi solusi,”ungkap Guntur Subagja saat bersama Direktur Utama PT Mitra Bumdes Nusantara (MBN) Wiyoto, mengunjungi pabrik beras (rice milling unit) di Kampung Diro, kawasan bukit Menoreh, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Guntur mengapresiasi langkah pengusaha muda Purwanto membangun pabrik peras di desa. “Ini mendekatkan dengan lahan produksi pertanian sehingga lebih efisien,” kata Guntur yang juga Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesi (Intani) didampingi Ketua Intani DIY Ahmad Rifai.
Purwanto yang juga menjabat Wakil Ketua Intani DIY, mengungkapkan memuali bisnis RMU di tengah pandemi covid-19. “Kami kebingungan usaha apa yang dikembangkan saat pandemi, dan kami memilih sektor pangan yang sangat menjanjikan,” tuturnya.
Inspirasi ini lahir saat usaha event organizer Purwanto tidak jalan selama pandemi. “Saya tidak punya pengalaman di usaha pangan, tapi memulainya dg belajar kesana sini hingga kami mendapat PO (Purchasing Order) dari Bulog dan bisa menjual ke para pedagang di pasat,” paparnya. Kapasitas RMU Purwanto adalah memproses 7 ton gabah per shift. Bila dioperasikan optimal pabrik beras ini bila melayani sekitar 3.000 hektar areal padi per siklus panen.
Tantangannya memang tidak mudah. Purwanto menyebutkan harga jual tertekan, sementara harga gabah di petani cukup tinggi. Solusinya mengelola secara efisien usaha sektor pertanian tersebut. Beruntung, di sekitar RMU Purwanto ada dryer untuk pengeringan padi sehingga kualitas gabah baik.
Direktur Utama MBN Wiyoto mengungkapkan pembangunan RMU di desa-desa dengan skala kecil dan menengah harus dikembangkan. Bisa menggandeng Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) atau Koperasi Unit Desa (KUD) yang dikelola secara profesional.
MBN yang memiliki RMU di berbagai daerah menggandeng Bumdes dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Model ini dapat dikembangkan di daerah-daerah lainnya.
Ketua Intani DIY Ahmad Rifai memaparkan, Intani Yogyakarta bekerjasama dengan Gapoktan dan pendamping petani menyiapkan budidaya padi dengan dukungan pupuk hayati cair Extragen di kawasan Kulonprogo. “Kami berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk meningkatkan produksi gabah petani dan pendapatan petani,” kata Rifai.
Ekosistem ketahanan pangan menjadi sangat strategis dibangun di desa-desa karena sumber produksi pangan berada di desa. “Bila desa-desa memiliki ketahanan pangan yang baik sesuai potensinya masing-masing, maka otomatis ketahananan pangan nasional juga baik,” kata Guntur.
Ia menyebutkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mendorong masyarakat dan industri membangun ketahanan pangan melalui peningkatan kualitas dan produksi, inovasi dan penerapan teknologi.*