INDONESIAREVIEW.ID – ExportHub.id kembali menyapa eksportir dan calon eksportir, khususnya pelaku UKM, yang ingin memperkaya ilmu dan wawasan mengenai ekspor. Melalui webinar (28/11) berjudul “EXCLUSSIVE SESSION – GLOBAL BUSINESS MATCHING: Boosting Fresh Frood Exports to Egypt”. ExportHub.id mengangkat pembahasan tentang ekspor produk pangan segar ke Negeri Piramida.
Pada kesempatan ini, pembicara-pembicara ahli di bidangnya kembali ExportHub.id hadirkan, yaitu Atase Perdagangan KBRI Kairo, Irman Adi Purwanto Moefthi dan Hafez Ali, Managing Director HFP, perusahaan ekspor-impor Mesir dengan spesialisasi produk pangan segar.
Mesir dikenal sebagai negara yang telah lama menjalin kerja sama perdagangan yang erat dengan Indonesia, baik bilateral maupun multilateral, seperti EFTA, EU Association, AGADIR, GAFTA, MERCOSUR, COMESA, QIZ, dan AFCFTA.
Pertumbuhan ekonomi yang positif, bonus demografi yang berpotensi besar menjadi ceruk pasar, serta letak geografis yang amat strategis menjadi faktor kuat bagi Indonesia untuk terus menggenjot kinerja ekspor ke negara di ujung timur laut Afrika ini. “Mayoritas produk ekspor Indonesia ke Mesir adalah komoditas non-migas, salah satunya berbasis pada produk pertanian,” imbuh Irman.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa terdapat prosedur ekspor produk pertanian yang diterapkan oleh Mesir, yakni Keputusan Menteri Perdagangan Mesir No. 991/2015 dan 43/2016 yang menerangkan bahwa produk tertentu hanya dapat diimpor jika diproduksi oleh perusahaan yang sudah melakukan registrasi di General Organization for Export and Import Control (GOEIC).
Sebagai upaya mengakselerasi ekspor komoditas Indonesia ke Mesir, KBRI Kairo telah aktif mengupayakan dan berpartisipasi pada sejumlah kegiatan, seperti pameran dagang internasional, optimalisasi diaspora, pembinaan mitra, bahkan pemaksimalan teknologi melalui aplikasi “Trade INAMASR”. KBRI Kairo memfokuskan produk-produk UKM untuk dipromosikan langsung kepada pasar Mesir.
Adapun Hafez menjelaskan bahwa terdapat beberapa peraturan khusus dalam aktivitas ekspor ke Mesir. Misalnya, pengiriman melalui transportasi udara dan laut harus di bawah Letter of Credit (LC), kecuali untuk komoditas dengan nilai di bawah US$5.000 dan beberapa komoditas strategis.
“LC akan memastikan perlindungan lebih bahwa bank akan memberikan kompensasi kepada eksportir jika tidak dibayar oleh importir,” ungkap Hafez.
Sementara itu, Managing Director ExportHub.id, Amalia S. Prabowo yang turut hadir sebagai narasumber menerangkan bahwa ekspor pada era kini dapat dimaksimalkan melalui pemanfaatan platform digital, salah satunya e-commerce global. Sebab, keterjangkauan global buyer akan semakin luas dan cepat sehingga percepatan ekspor dapat segera dilakukan.
“ExportHub.id terus mengerahkan upaya-upaya dalam mengakselerasi kinerja ekspor, khususnya bagi produk-produk UKM. Kami tidak hanya memaksimalkan akses ke pasar global dengan platform digital, tapi juga membina pelaku-pelaku UKM di desa-desa agar makin terberdayakan dengan mengadakan pelatihan digital marketing dan ekspor dengan berkolaborasi bersama kementerian dan pemerintah daerah,” jelas Amalia.
Sebagai bagian dari agenda rutin, business matching ExportHub.id digelar sebagai penguatan akses dan pengayaan informasi ekspor bagi peserta yang ingin mengirimkan komoditasnya ke negara-negara tujuan tertentu. Dalam business matching ini, peserta berkesempatan untuk langsung berinteraksi dengan sesama supplier atau melakukan pendekatan dengan calon global buyer potensial. Business matching ini dapat diikuti oleh siapa saja secara cuma-cuma dengan melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Setiap dua pekan, akan ada negara tujuan ekspor khusus berikut komoditas utama yang menjadi topik pembahasan. Untuk informasi lebih lanjut, eksportir dan calon eksportir dapat mengikuti akun Instagram ExportHub.id di @exporthub.id untuk mengetahui pembaruan mengenai topik business matching selanjutnya.