PENDAHULUAN
Dunia sedang menghadapi permasalahan yang menjadi tantangan dan ancaman global. Ada tiga tantangan utama yang perlu diantisipasi negara-negara di muka bumi, Yaitu, tantangan geopolitik, tantangan teknologi, dan tantangan budaya.
Situasi dan kondisi geopolitik di kawasan, seperti ketegangan politik antarnegara dan peperangan selain berdampak pada masalah sosial, kesehatan, dan kemanusiaan, juga berdampak pada krisis pangan, krisis energi, dan krisis ekonomi di kawasan. Perkembangan teknologi informasi dan digital di satu sisi merupakan lompatan besar yang mempermudah berbagai aktivitas kehidupan manusia namun di sisi lain dapat mengancam keamanan suatu negara (cyber security) hingga kriminalitas maya (cyber crime). Hubungan dunia melalui kerjasama lintas negara melahirkan interaksi budaya antara negara yang dapat memperluas wawasan dan jejaring budaya. Namun di sisi lain, interaksi ini juga dapat melahirkan invasi budaya yang dapat berdampak negatif pada terkikisnya budaya lokal, budaya bangsa, dan karakter bangsa sendiri. Apalagi kondisi masyarakat Indonesia kerap gegar budaya (shock culture).
Indonesia yang memiliki lokasi strategis, berada di garis khatulistiwa, diapit dua benua, dan disatukan oleh dua samudera, memiliki kekayaan sumber daya alam, menjadi perhatian dunia, bahkan melahirkan hasrat bangsa-bangsa lain untuk menguasainya. Sejak dulu, negeri ini menjadi target banyak negara untuk menginviasinya. Maka, negeri ini mengalami penjajahan dari berbagai negara, Inggris, Portugis, Belanda, dan Jepang.
Kini, banyak negara ingin menginvasi Indonesia dengan “imperialisme baru” melalui doktrin dan pendidikan, teknologi, dan budaya. Negara-negara adidaya juga ingin menjadikan Indonesia sebagai sekutunya karena strategisnya bangsa ini. Pengaruh dan keberpihakan Indonesia dibutuhkan mereka di tengah ketegangan politik negeri adidaya Amerika Serikat dan China. Indonesia juga berada di wilayah konflik laut China Selatan.
Di tengah perkembangan teknologi dan digital, Indonesia merupakan negara pengguna teknologi terbesar. Sebagai negeri berpenduduk terbesar keempat dunia, Indonesia juga menjadi target pasar teknologi, termasuk media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia terbanyak di dunia. Sementara dari aspek budaya, masyarakat Indonesia juga mudah mencintai budaya-budaya asing yang antara lain disebarluaskan negara lain dikemas dalam sinetron, drama, telenovela, platform digital dan lainnya.
Apakah Indonesia siap menghadapi ketiga tantangan (ancaman) tersebut? Realita di masyarakat ancaman tersebut makin nyata dan bila tidak mampu mengantisipasinya dapat mengancam ketahanan negara, meningkatnya kriminalitas, dan hilangnya jatidiri bangsa.
Bagaimana nilai gotong royong dan keharmonisan bangsa Indonesia mampu mengantisipasi dan memitigasi dampak negatif dari krisis geopolitik, ekses teknologi, dan invasi budaya?
Karya tulis ini akan menganalisis permasalahan dan solusi menghadapi tantangan tersebut dengan nilai-nilai kebangsaan, khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika yakni nilai gotong royong dan keharmonisan
PEMBAHASAN
Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan (archipelago) dengan keragaman suku, agama, ras, dan budaya. Indonesia yang sebelumnya terdiri dari kerajaan-kerajaan yang tersebar di Nusantara, lahir dari konsensus bersama untuk bersatu menjadi bangsa Indonesia, yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Muhammad Hatta, mewakili bangsa Indonesia, pada 17 Agustus 1945.
Filsuf Prancis Joseph Ernest Renan (1823-1892) dalam tulisannya berjudul Qu’est-ce qu’une nation? (Apa itu bangsa?, 1882) mendefisinikan bangsa sebagai sebuah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Menurutnya, bangsa terjadi karena adanya keinginan untuk hidup bersama dengan perasaan setia kawan yang agung. Ernes menyebutnya “Le desir d’etre ensemble”. [1]
Otto Bauer (1881-1938) [2], ilmuwan asal Austria, dalam bukunya Die Nationalitat Enfrage menyebutkan “bangsa adalah satu persatuan/persamaan perangai yang timbul karena persatuan nasib”.
Sosiolog dan ekonom dari Inggris Frederick Hertz (Friedrich “Otto” Hertz) dalam bukunya “Nationality in History and Politics” (1944)[3] menyebutkan empat unsur pembentuk suatu bangsa. Pertama, keinginan untuk mencapai kesatuan nasional, meliputi kesatuan sosial, politik, ekonomi, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas. Kedua, keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional. Ketiga, keinginan untuk mengejar kehormatan, pengaruh, dan prestise di antara bangsa-bangsa lain. [4]
Bung Karno, sering mengutip pendapat Joseph Ernest Renan dan Otto Bauer. Namun ia menyebut, definisi Renan dan Otto Bauer sudah usang (tua). Alasannya, sebut Soekarno, ketika kedua ilmuwan itu membuat definisi belum timbul satu ilmu baru yang dinamakan geopolitik. Bung Karno mengutip pendapat Ki Bagoes Hadikoesoemo atau Moenandar yang mengatakan “persatuan antara orang dan tempat”. Tempat itu disebut Tanah Air. Tanah air itu satu kesatuan.[5]
Konsep gotong royong memiliki value sangat tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari – hari gotong royong sangat erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Derung, 2019). Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang memilki arti bekerja bersama – sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan, berasal dari kata gotong yang artinya bekerja dan royong yang memiliki arti sama dengan musyawarah, dengan demikian keaktifan gotong royong merupakan kegiatan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Pada dasarnya fitrah manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan pertolongan dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan dalam bermasyarakat diperlukan adanya gotong royong dalam menyelesaikan sesuatu. Selain itu, gotong royong juga merupakan salah satu bentuk dari solidaritas social (Kurnia et al., 2023).
Keberagaman Nusantara menjadi subtansi dari sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini diambil dari Kitab Soetasoma, karya Mpu Tantular. Dalam kitab ajaran Budha yang lahir pada masa kerajaan Majapahit itu, tersurat pada Pupuh 139 Bait ke-5 yang bunyinya “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneka rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa Tunggal, Bhinneka Tunggal ika tanhana dharmma mangrva”. (Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimana bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah Tunggal. Terpecah belah itu, tetapi satu jualah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran).[6]
Bhinneka Tunggal Ika adalah pusaka yang berhasil ditemukan pendiri bangsa dalam khazanah filsafat kebudayaan Nusantara. Dalam kalimat Bhinneka Tunggal Ika ada dua unsur yang saling silang terkait satu sama lain, yakni keragaman dan kesatuan. Semboyan itu menjadi cerminan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas yang majemuk tapi tetap menjunjung tinggi persatuan. Dengan semboyan itu, bangsa Indonesia menginginkan hidup harmoni: persatuan dalam keragaman, dan keragaman dalam persatuan (unity in diversity, diversity in unity).[7]
Bhinneka Tunggal Ika adalah politik persatuan Indonesia yang lahir atas kesadaran suku bangsa yang melakukan konsensus menyatu dalam satu negara Indonesia dengan tujuan yang sama. Tujuan negara Indonesia tersurat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Aline ke-4 disebutkan 4 tujuan berdirinya Republik Indonesia, yaitu: (1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
a.Tantangan Geopolitik
Dalam menyikapi perkembangan geopolitik dunia, posisi Indonesia jelas sebagaimana tertulis dalam tujuan negara: ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sikap Indonesia dalam Sidang PBB yang mengecam dan meminta penghentian invasi Israel ke Palestina serta mengakui Palestina sebagai negara adalah langkah besar sebagai perwujudan dari tujuan negara Indonesia.
Sikap politik Indonesia juga menganut bebas aktif, independen, dan tidak tergabung dalam Blok Barat atau Blok Timur yang tengah berkonflik sejak Perang Dunia II, dan juga tidak terlibat dalam konflik-konflik yang terjadi saat ini seperti konflik Amerika dengan China. Bahkan Indonesia ingin menjadi juru damai seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo di tengah konflik Rusia dengan Ukraina.
Dalam buku “Pendidikan Kewarganegaraan: Civic Education” oleh Baso Madiong, dan kawan-kawan, geopolitik dijelaskan berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan politik berasal dari bahasa Yunani politeia. Poli berarti kesatuan orang-orang yang berdiri sendiri dan teia berarti urusan. Geopolitik biasa juga disebut dengan wawasan nusantara.[8]
- Krisis Pangan
Krisis geopolitik juga berdampak pada krisis pangan. Krisis pangan global akibat konflik, permasalahan ekonomi, perubahan iklim ekstrem, dan tingginya harga pupuk melanda berbagai negara sepanjang tahun 2023. World Food Programme (WFP) mencatat, lebih dari 333 juta orang di 78 negara menghadapi kerawanan pangan dengan tingkat akut. Menurut WFP, krisis pangan ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang mematikan. Diantaranya adalah konflik antar Negara, perubahan ilklim ekstrem dan juga harga pupuk global meningkat. Begitupun di Indonesia yang juga kena imbas krisis pangan global yang penyebabnya antara lain, kesulitan distribusi pangan, perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, serta konflik sosial.
Lalu bagaimana cara kita dalam menyikapi krisis pangan di Indonesia? Menurut data BPS, selama tahun 2018-2023, luas lahan baku sawah menciut 648.800 hektare, yakni dari 7,7 juta hektare menjadi 7,1 hektare. Produktivitas padi nasional sejak tahun 2014 juga lambat naik dan cenderung turun. Pemerintah terus berusaha mengurangi daerah rentan rawan pangan di Indonesia, yaitu dari 72 daerah pada tahun 2022 menjadi 61 daerah pada tahun 2024. Upaya Pemerintah itu diatur dalam Peraturan Bapanas Nomor 19 Tahun 2023 tentang Kesiapsiagaan Krisis Pangan di Daerah.
Saat ini Indonesia mengantisipasi krisis pangan dengan melakukan impor pangan. Impor beras nasional rata-rata 1,5 juta ton hingga 2 juta ton per tahun. Dan puncaknya tahun 2023 impor pangan mencapai 3 juta ton. Selintas ini seperti menyelesaikan masalah, tapi sebenarnya sebuah ironis bagi negeri agraris dan akan berdampak buruk untuk jangka menengah dan jangka panjang,
Kebijakan pemerintah membuka lahan baru di berbagai daerah antara lain melalui program food estate merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pangan dan pertanian nasional. Namun, selain perluasan lahan pertanian juga perlu inovasi dan teknologi untuk intensifikasi pertanian, mengoptimalkan produksi dan kualitas komoditas pertanian nasional.
- Krisis Energi
Pada sektor energi, ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil sangat besar. Impor minyak Indonesia mencapai 1 juta barel per hari. Sumber energi lainnya Batubara. Namun, Batubara bedampak pada lingkungan sehingga pada 2060 Indonesia harus mampu menghilanghkan pembangkit Listrik yang berbahan bakar Batubara. Ketergantungan pada energi fosil (minyak bumi dan batubara) terus dikurangi dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan: energi surya, energi baterai, energi biomassa, dan energi lainnya yang ramah lingkungan.
b.Tantangan Teknologi
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam upaya menjaga keharmonisan dalam kebhinekaan. Di Indonesia, yang terkenal dengan keragaman budaya, suku, agama, dan bahasa, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat kesatuan atau sebaliknya, memicu ketegangan sosial. Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, seperti internet dan media sosial, telah membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk saling berinteraksi dan berbagi informasi, tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Namun, dalam prosesnya, ada dampak positif dan negatif yang perlu diantisipasi agar kemajuan teknologi dapat mendukung harmoni dalam kebhinekaan secara optimal.
Di satu sisi, teknologi telah memberikan kontribusi positif dalam memperkuat persatuan dan keharmonisan di tengah keragaman. Platform digital seperti media sosial, blog, dan website memungkinkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berkomunikasi, bertukar ide, dan mempelajari budaya serta pandangan hidup yang berbeda. Teknologi juga memfasilitasi dialog antaragama dan antarsuku, yang dapat memperkaya wawasan dan memperkuat toleransi. Selain itu, melalui teknologi, informasi yang berkaitan dengan keragaman budaya Indonesia lebih mudah diakses, baik oleh masyarakat lokal maupun dunia internasional. Aplikasi -aplikasi digital yang bertujuan untuk mendukung kesetaraan dalam pendidikan, kesehatan, dan akses ekonomi telah memberikan peluang bagi kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini terpinggirkan. Dengan demikian, teknologi berpotensi menjadi sarana untuk menciptakan harmoni yang lebih solid di tengah masyarakat yang beragam.
Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi juga membawa tantangan yang signifikan terhadap keharmonisan dalam kebhinekaan. Salah satu dampak negatif yang paling nyata adalah meningkatnya potensi disinformasi dan penyebaran ujaran kebencian di platform digital. Melalui media sosial, informasi yang tidak akurat atau bahkan sengaja dipelintir dapat menyebar dengan cepat dan memicu perpecahan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Misalnya, berita palsu tentang isu-isu sensitif seperti agama dan ras dapat dengan mudah menyulut konflik dan memperburuk polarisasi di tengah masyarakat. Ujaran kebencian yang disebarkan oleh segelintir individu atau kelompok dapat mengganggu perdamaian sosial dan merusak pondasi toleransi yang sudah terbangun.
Di satu sisi, teknologi telah memberikan kontribusi positif dalam memperkuat persatuan dan keharmonisan di tengah keragaman. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga membawa tantangan yang signifikan terhadap keharmonisan dalam kebhinekaan. Melalui media sosial, informasi yang tidak akurat atau bahkan sengaja dipelintir dapat menyebar dengan cepat dan memicu perpecahan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda.
c.Tantangan Budaya
Kebudayaan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan adalah cara hidup sekelompok orang, yang berarti cara mereka melakukan sesuatu. Suatu budaya diturunkan ke generasi berikutnya dengan belajar, meliputi Bahasa, agama, masakan, kebiasaan social, music dan seni. Budaya merupakan hasil dari seni cipta dan karsa dari masyarakat yang sejak dari dulu dan sudah turun – temurun (Irmania et al., 2021). Setiap daerah terdapat masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Seperti Indonesia mempunyai banyak sekali kebudayaan, mengingat Indonesia memiliki beribu pulau yang berjajar. Bayangkan saja jika budaya dalam negeri saja banyak sekali apalagi budaya luar negeri yang notabenenya yaitu budaya asing. Setiap negara – negara di dunia ini pasti tentunya memiliki budaya masing – masing untuk menandakan cirikhas dan karakteristik Negara tersebut (Aprianti et al., 2022).
Budaya berfungsi sebagai wujud dari perilaku suatu masyarakat yang mendiami tempat tertentu yang akan terwujud dalam nilai dan norma yang berlaku. Dan seterusnya akan turun temurun dari generasi ke penerus. Budaya juga berfungsi sebagai ciri khas yang menandakan karakteristik suatu masyarakat yang menempatai daerah tersebut. Selain itu budaya sebagai media untuk melengkapi kebutuhan hidup suatu masyarakat tertentu yang dapat berwujud rumah, senjata, Bahasa, baju adat, makanan, lagu daerah dan lain sebagainya.
Kebudayaan Indonesia pada era saat ini, telah terpengaruhi oleh budaya luar akibat arus globalisasi. Dimana masyarakat saat ini lebih memilih dan menyukai budaya luar dan gengsi menggunakan budaya bangsa sendiri karena beranggapan budaya lokal adalah budaya yang kuno dan tidak sesuai dengan trend atau pergaulan saat ini. Hal tersebut berpengaruh terhadap identitas nasional bangsa Indonesia, karena masyarakatnya lebih menyukai dan menggunakan budaya luar, sehingga budaya lokal yang seharusnya dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan sebaga kecirikhasan bangsa Indonesia, menjadi tertimbun dan terlupakan oleh budaya – budaya luar.
Adanya kemajuan teknologi dan kemudahan mengaksesnya, menjalar sampai kekehidupan dasar setiap warga Indonesia, misalnya adanya kemudahan mengakses internet yang didalam internet tersebut banyak sekali kerangka – kerangka informasi yang mencakup beberapa bidang kehidupan. Oleh karena itu akan sangat mudah masuknya budaya asing kedalam negeri melalui kemajuan teknologi sebagai akibat dari globalisasi. Selain itu, masuknya budaya baru akan memberi ruang untuk asimilasi berjalan menuju kehidupan masyarakat. Asimilasi adalah penggabungan dua unsur kebudayaan melahirkan budaya baru, nah ini nantinya ditakutkan kebudayaan baru tersebut akan menjadi momok bagi kebudyaan yang sudah ada sebelumnya. Lahirnya kebudyaan baru yang tidak sesuai dengan ideology dan jati diri bangsa akan mencancam warisan kebudayaan yang sudah turun temurun dilestarikan. Masyarakat harus bisa memilih dan memilah dengan selektif akar informasi yang diambil dari internet sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Maka dari itu peran dari masyarakat baik dari dalam maupun dari luar harus memiliki kesadaran untuk selektif menerima informasi yang ada, agar informasi luar tidak merusak ideology Negara dan dasar Negara yang telah mejadi pedoman masyarakat Indonesia tetap terjaga
Bagaimana pengaruh dari Budaya Asing terhadap Bangsa Indonesia di Kalangan Remaja? Remaja Indonesia adalah asset Negara sebagai penerus bangsa untuk melanjutkan para pejuang yang telah memerdekakan bangsa Indonesia dari para penjajah, maka dari itu sudah tugas penerus bangsa yaitu generasi muda harus dipersiapkan secara matang agar nantinya dapat menjadi pewaris bangsa untuk dapat melanjutkan kemajuan dari sebuah Negara.
Cara untuk dapat mengantisipasi dampak buruk dari budaya asing masuk kedalam budaya lokal di Indonesia, terkhusus mengantisipasi generasi muda, untuk mencegah dampak buru diperlukan keikutsertaan dari berbagai kalangan terpenting dukungan dari pemerintah dan dari lingkungan sekitar kita misalnya ustadz, selain itu seorang yang memiliki wawasan luas tentang kebudayaan dan yang paling penting orang tua.
PENUTUP
Kesimpulan
- Tantangan global menjadi ancaman bangsa dan negara apabila tidak diantisipasi dan mitigasi dengan baik. Penerapanan dan penguatan nilai gotong royong (peduli, tolong menolong, kolaborasi, sinergi) dan nilai keharmonisan (bersatu, kerjasama, kolaborasi, dan persamaan persepsi) di masyarakat menjadi solusinya.
- Indonesia dapat mengantisipasi dampak krisis geopolitik dan perubahan iklim yang mengakibatkan krisis sosial, krisis pangan, dan krisis energi, dengan memperkuat ekonomi Pancasila, membangun ketahanan pangan dan ekonomi kerakyatan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
- Teknologi harus digunakan untuk sarana kehidupan dan tranformasi budaya yang berpedoman pada nilai-nilai kebangsaan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Pancasila.
- Rekomendasi Kebijakan
- Presiden mengeluarkan kebijakan berupa Instruksi Presidenyang mewajibkan sekolah menjadikan Pancasila sebagai materi wajib di semua lini pendidikan, mulai dari pendidikan dini, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi.
- Kementerian Pendidikan, Budaya, dan Riset menyiapkan materi-materi ajar Pancasila, budaya, dan nilai-nilai kebangsaan, dalam format multi flatform, yaitu materi cetak, digital, audie, video, yang dikemas kekinian menyesuaikan segmen audiens masing-masing dengan subtansi empat konsensus bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
- Kementerian Pertanian membangun ekosistem pertanian, khususnya pangan, terintergrasi mulai dari hulu dan hilir dengan basis kerakyatan dan kolaborasi usaha besar dan kecil (inti plasma), sehingga Indonesia mempu mememenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
- Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan larangan impor produk pangan dan memprioritaskan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional, serta membangun jaringan perdagangan, logistik, dan distribusi pangan agar merata dan terjangkau masyarakat, bekerjasama dengan instansi dan lembaga lainnya.
- Kementerian Komunikasi dan Informasi menyediakan infrastruktur digital dan platform open source untuk memfasiltias masyarakat menyebarluaskan nilai-nilai kebangsaan melalui beragam karya, inovasi, dan kreativitas.*
KELOMPOK BHINNEKA TUNGGAL IKA
PENDIDIKAN PEMANTAPAN NILAI NILAI KEBANGSAAN MULTIKULTURAL 2024 – LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL (LEMHANNAS)
- Dr. Aniu Novita Erine, SH, M.Kn
- Aji Ahmat Syaputra, ST
- Dr. Ari Anggarani Winadi Prasetyoning Tyas, SE, MM
- Andriansyah Tiawarman K, SH, MH
- Chatarina Gatri Umbaningrum, SH
- Chetta Shatia Dwitama, SH
- Dr. Finsensius Fitarius Mendrofa, SH, MH, CLA, CTA
- Gali Latando
- Glory M.M. Marbun, SH
- Guntur Subagja Mahardika, M.Si
- I Komang Arya Sanjaya, SE
- Ihyaudin, S.Sos. M.AP
- Jholant Bringg Luck Amelia Br Sinaga,SE, MM, M.Ak
- Dr. Jo Denie, SE, MB
- Lia Aulia Lubis S, Hub. Int
- Mercy Lona Darwaty Ryndang Sriganda, M.I.Kom, CPT
- Mikhael Adikara, S.Si, BSc (Hons), MBA
- Mohammad Ichsan, SIP
- Dr. Moses Lorensius Parlinggoman Hutabarat, S.Kom, SE, MM
- Mutiara Annissa Oktapiani, SM
- Nano Sumarno, M.Ikom, CPEC, M.MT, MGCP
- Dr. Ogan Muhammad Hasiuban, SH, MH
- Ratu Tisha Destria
- Drs. Rudyanto, M.Si
- Sabral Hadid, S.Si
- Santo Wirawan
- Sri Agustina Nadeak, SH
- Wiraatmaja Lookman ST, SH, MH, MLM
***
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, M., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2022). Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi Terhadap Identitas Nasional Indonesia. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 996–998. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.2294
Derung, T. N. (2019). Gotong Royong Dan Indonesia. SAPA – Jurnal Kateketik Dan Pastoral, 4(1), 5–13. https://doi.org/10.53544/sapa.v4i1.62
Irmania, E., Trisiana, A., & Salsabila, C. (2021). Upaya mengatasi pengaruh negatif budaya asing terhadap generasi muda di Indonesia. Universitas Slamet Riyadi Surakarta, 23(1), 148–160. http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
Kurnia, H., Isrofiah Laela Khasanah, Ayu Kurniasih, Jahriya Lamabawa, Yakobus Darto, Muhamad, Fadli Zumadila Wawuan, Nilla Rahmania Fajar, Dani Zulva, Sifa Yasmin Oktaviani, Febian Aria Wicaksono, Yulian Kaihatu, & M. Iqbal Bangkit Santoso. (2023). Gotong Royong Sebagai Sarana Dalam Mempererat Solidaritas Masyarakat Dusun Kalangan. EJOIN : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(4), 277–282. https://doi.org/10.55681/ejoin.v1i4.754
Lemhannas Republik Indonesia, Materi Utama Implementasi Nilai Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika, 2023.
[1] https://archive.globalpolicy.org/nations/nation/1882/renan.htm
[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Otto_Bauer
[3] https://en.wikipedia.org/wiki/Frederick_Hertz
[4] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5835497/4-unsur-aspirasi-bangsa-menurut-friedrich-hertz-apa-saja
[5] Pusat Pengkajian MPR RI, Bhinneka Tunggal Ika dan Integrasi Nasional, 2014, hal.3
[6] Lemhannas Republik Indonesia, Materi Utama Implementasi Nilai Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika, 2023, hal.3
[7] Pusat Pengkajian MPR RI, Bhinneka Tunggal Ika dan Integrasi Nasional, 2014, hal.8
[8] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5620524/apa-itu-geopolitik-ini-pengertian-teori-dan-unsur-pembangunan-geopolitik.