Oleh Donatus Dasapurna Putranta

INDONESIAREVIEW.ID-Tak perlu program muluk agar bisa memberikan sumbangsih membangun negeri, cukup memahami talenta yang dimiliki dan dengan tulus hati berbagi, yakinlah akan menginspirasi orang di sekitar.

Hal ini telah dibuktikan para petani anggota Kelompok Tani Makmur Desa Sekarbiru, Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang selama ini sudah cukup kenyang prestasi di kancah regional maupun nasional.

Bahkan, penghargaan tertinggi nasional dan mendapatkan kehormatan bertemu langsung Presiden Joko Widodo juga sudah pernah dicapai pada tahun 2019 saat kelompok yang dibentuk pada 2014 tersebut dinobatkan menjadi yang terbaik untuk kategori pendukung ketahanan pangan pada kegiatan yang diselenggarakan Bank Indonesia.

Namun, bagi Rahmat Kadarta Ketua Kelompok Tani Makmur berbagai prestasi tersebut tidak akan memiliki arti apapun tanpa diikuti perbuatan nyata yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

“Saya selalu ingatkan kepada teman-teman untuk tidak berpuas diri dan berhenti setelah mendapatkan penghargaan, namun justru itu menjadi motivasi dan langkah awal untuk terus berbagi, terus berbuat agar hidup ini bisa bermanfaat,” kata Rahmat.

Berawal dari semangat tersebut, sampai saat ini Kelompok Tani Makmur terus berkembang dalam menjalankan usaha dan juga berkembang dalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk bersama-sama membangun kemandirian.

Belajar gigih

Rahmat menceritakan awal terbentuknya Poktan Makmur pada tahun 2014 hanya terdiri dari tiga orang yang memiliki mimpi yang sama untuk menekuni bidang pertanian dan peternakan. Mereka bergerak secara swadaya, mengolah sumber daya alam dan berusaha mengembangkan sumber daya manusia.

Baru sekitar tahun 2018, kegigihan para anggota kelompok tani tersebut dilirik Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Bangka Belitung, untuk dijadikan kelompok binaan.

Dengan menjadi kelompok binaan BI, memberikan kesempatan bagi anggota kelompok tersebut untuk terus belajar dan berkembang melalui berbagai kegiatan dan pelatihan serta penguatan modal usaha yang dijalankan.

Di bawah binaan BI, Kelompok Tani Makmur mendapatkan kesempatan belajar mengolah pupuk limbah ternak padat dan cair, cara pembuatan pakan ternak, mengolah limbah sampai pemuliaan tanah dengan menggunakan Mikrobachtery Alfaafa atau MA-11.

“Dari situ, pada awal 2019 kami dipercaya BI untuk mendirikan laboratorium pengembangan mikroba pertama dan satu-satunya di Provinsi Bangka Belitung,” ujarnya.

Dengan memiliki laboratorium sendiri, bisa menekan modal usaha karena sebelumnya untuk kebutuhan tersebut mereka harus membeli dari Semarang dengan harga tinggi.

Pelatihan cara mengembangkan mikroba dan ketersediaan laboratorium sendiri, akhirnya mereka berhasil memroduksi MA-11 sebagai bahan penting dalam mengolah bahan pakan hingga pengolahan pupuk berbahan kotoran ternak.

“Sebelum memakai MA-11 ini, kita memerlukan waktu sekitar tiga pekan baru bisa menjadi pupuk kompos, namun dengan MA-11 proses komposting cukup 24 jam,” kata Rahmat.

Peran MA-11 sebagai mikroba dalam proses pengolahan tanah sudah terbukti dan dibuktikan sendiri oleh Kelompok Tani Makmur pada saat menanam bawang merah dan aneka jenis tanaman sayur mayur di lahan berpasir bekas tambang.

Lahan luas yang ada di sekitar diolah menjadi lahan produktif dengan sentuhan MA-11 yang sudah terukur, memiliki standar hara dan standar nutrisi sesuai kebutuhan tumbuhan.

MA-11 juga bisa dimanfaatkan untuk proses pengolahan pakan ternak dan memangkas waktu dari yang biasanya butuh sekitar 21 hari menjadi cukup tiga hari bahan pakan olahan siap dikonsumsi ternak. “MA-11 efektif dan efisien,” kata Rahmat.

Berbagai ilmu integrasi

Bermodal kemampuan membuat sendiri MA-11, kelompok tani semakin berani melakukan berbagai inovasi, salah satunya dengan program integrasi tanaman dengan ternak atau menggabungkan usaha peternakan dan pertanian yang dinilai memiliki sejumlah keunggulan.

Sistem integrasi tanaman-ternak ini merupakan kearifan lokal yang akan terus dikembangkan karena dinilai efisien dan telah menjadi bagian dari budaya bertani masyarakat petani di Indonesia.

Kelompok Tani Makmur terbukti berhasil menjalankan usaha dengan sistem integrasi tanaman-ternak dalam beberapa tahun terakhir dan pola itu ditularkan agar bisa mengikuti jejak keberhasilan dan kemandirian.

“Kita sudah bekerja sama dengan beberapa kelompok masyarakat, organisasi, instansi dan sekolah dalam pengembangan sistem integrasi ini dan sudah cukup berhasil,” kata Rahmat.

Kebun ketahanan pangan percontohan di Polsek Jebus merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan bersama Kelompok Tani Makmur dengan Polsek Jebus dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan dan perikanan secara terintegrasi.

“Selain itu, kami juga telah melakukan kerja sama dengan salah satu sekolah dasar di Parittiga dalam pengelolaan sampah organik dan sampai saat ini masih berjalan,” katanya.

Kerja sama dengan kelompok tani lain juga terus dijalin agar para petani di daerah itu semakin terampil dan termotivasi dalam menekuni usaha yang dijalankan sehingga ke depan produksi pangan lokal semakin meningkat dan petani semakin sejahtera.

Mendorong santri mandiri

Semangat untuk terus maju, ilmu dan keterampilan yang selama ini sudah diperoleh dan dikuatkan dalam proses hidup pribadi maupun menjalin hubungan dalam kelompok terus dibina dan akan terus dikembangkan agar bermanfaat untuk orang lain.

“Kami ingin terus berbagi, karena kebetulan memiliki ilmu dan keterampilan yang bisa dibagi,” kata Rahmat.

Berbagi menjadi jalan untuk menenteramkan hati, hal ini kemudian mendorong Rahmat bersama anggota Kelompok Tani Makmur mencoba untuk menularkan kepandaian ke para santri.

Saat mendapatkan kesempatan bertemu dengan pimpinan Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Tempilang, diutarakan maksud untuk bersama-sama mendorong para santri memiliki keterampilan yang bisa menjadi bekal setelah lulus dan hidup di tengah masyarakat.

“Dengan dukungan Bank Indonesia, kami berikan bekal keterampilan pertanian terintegrasi untuk mendorong kemandirian pondok pesantren tersebut,” Rahmat menambahkan.

Pelatihan keterampilan dan kewirausahaan tersebut diawali dengan modal ternak bebek yang kemudian dikembangkan untuk mendukung sektor pertanian, khususnya pengembangan tanaman sayur mayur untuk mencukupi kebutuhan pondok pesantren.

Pelatihan pertanian terintegrasi berbasis MA-11 di pondok Pesantren Madinatul Ilmi tersebut merupakan bentuk dukungan Pemerintah bersama Bank Indonesia dan Kelompok Tani Makmur untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren di daerah itu.

Selain membangun kemandirian pondok pesantren, kegiatan pelatihan juga untuk mendorong terwujudnya ketahanan pangan dan pengendalian inflasi, khususnya komoditas cabai dan hortikultura.

Bupati Bangka Barat Sukirman memberikan apresiasi tinggi terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangan dan pelatihan penerapan pola pertanian ramah lingkungan yang melibatkan langsung para santri dan pengelola pondok dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada di sekitar pondok.

“Saya berharap nantinya bisa berkembang, lahan-lahan kritis yang ada di Bangka Barat dapat dimanfaatkan dan menjadi lahan produktif dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.

Upaya mewujudkan program kemandirian pondok pesantren tersebut tak lepas dari dukungan penuh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bangka Belitung yang selama ini memiliki tanggung jawab dalam mendorong perekonomian masyarakat dan daerah.

Kepala Kantor Perwakilan BI Babel Tantan saat mengunjungi pondok pesantren mitra binaan itu beberapa waktu lalu mengatakan Bank Indonesia selama ini telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk pesantren, seperti melaksanakan studi banding, mengikutsertakan pondok pesantren pada Festival Ekonomi Syariah Regional Sumatera dan Internasional Ekonomi Syariah serta sejumlah kegiatan webinar dalam meningkatkan kompetensi SDM.

Pada Agustus 2021 Perwakilan Bank Indonesia Babel juga merealisasikan bantuan kepada pondok pesantren Madinatul Ilmi berupa sarana peternakan bebek lengkap dengan kebutuhan bibit dan pakan serta sarana produksi pertanian.

Program tersebut diharapkan bermanfaat sehingga ke depan pondok pesantren mampu memenuhi kebutuhan mandiri dan mengembangkan ekonomi pesantren melalui penjualan hasil pertanian dan peternakan.

Peternakan, perkebunan dan pertanian menjadi pilar kehidupan manusia dan petani merupakan sosok tangguh yang memiliki peran penting nyata sebagai penyangga

Dalam membangun negeri, perlu kiranya meniru para petani dalam menjaga semangat, ketekunan, kegigihan dan ketulusan berbagai sesuai talenta masing-masing.(sumber: desaglobal.id)*ir

LEAVE A REPLY