INDONESIAREVIEW.ID – Menteri Siti mengungkapkan pentingnya keterlibatan masyarakat dan para pihak dalam upaya rehabilitasi mangrove. Oleh karenanya, pada kesempatan tersbut juga hadir para pejabat daerah dari empat provinsi dimana proyek akan dilaksanakan yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
“Bapak Presiden menginstruksikan kami untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Pada tahun 2020 kami memulainya dengan menanam mangrove seluas 63 ribu hektar,” katanya.
Lebih lanjut, Menteri Siti menjelaskan upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia, khususnya terkait dengan pengurangan emisi karbon dari ekosistem mangrove atau blue carbon. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan skenario paling ambisius yaitu LCCP (Low Carbon Compatible with Paris Agreement), dimana secara nasional Indonesia akan mencapai peaking pada tahun 2030 dengan sektor Kehutanan dan penggunaan lahan lain (FOLU) sudah mulai net sink.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan pemulihan dan perlindungan mangrove, diantaranya melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya kerjasama dengan Bank Dunia (World Bank) melalui Proyek Mangrove untuk Ketahanan Masyarakat di Kawasan Pesisir (Mangrove for Coastal Resilience Program, M4CR).
Sehubungan dengan persiapan pelaksanaan proyek tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengadakan kegiatan konsultasi publik yang dilaksanakan secara hybrid di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta, pada Rabu (16/02/2022). Pada kesempatan ini, Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan, bahwa rehabilitasi mangrove menjadi salah satu prioritas program kerja Presiden Joko Widodo.
Upaya pengendalian perubahan iklim melalui rehabilitasi mangrove juga akan menjadi isu utama pada gelaran Presidensi G20 Indonesia. Pemerintah Indonesia akan menjadikan mangrove sebagai show case kepada para pemimpin negara yang tergabung di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada tahun ini di Indonesia.
Sementara itu, World Bank Managing Director for Operations Axel van Trotsenburg, mengungkapkan setuju bahwa ekosistem mangrove memberikan kontribusi signifikan terhadap pengendalian perubahan iklim. Dia juga mengapresiasi inisiatif Indonesia menjadikan mangrove sebagai salah satu isu utama pada Presidensi G20 Indonesia.
“Berbicara upaya pengendalian perubahan iklim, sudah banyak orang mengangkat topik tentang polusi, energi dan sebagainya, tetapi hanya sedikit yang membicarakan mangrove. Kita harus melihatnya secara holistik, dan menjadikan mangrove bagian dari upaya tersebut. Sehingga, kerjasama kita melalui proyek ini juga dapat menjadi sebuah solusi,” tuturnya.
Pada pertemuan ini, Menteri LHK Siti Nurbaya didampingi oleh Kepala BRGM Hartono, beserta jajaran Eselon I KLHK dan BRGM. Sementara, World Bank Managing Director for Operations Axel van Trotsenburg, didampingi oleh Vice President for East Asia and the Pacific Manuela Ferro, Country Director for Indonesia and Timor Leste Satu Kahkonen.
Di akhir pertemuan ini, delegasi World Bank dan para pejabat yang hadir melakukan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk, sebagai salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim.* (na-rls)