INDONESIAREVIEW.ID – Kelinci umumnya dianggap sebagai hewan peliharaan bagi sebagaian besar masyarakat. Namun di tangan M. Yususf Musabbiq kelinci disulap menjadi hewan ternak yang kaya akan banyak manfaat.

“Awalnya saya itu suplai pakan ternak kuda, dan ternyata pangsa pasar terbesar dari pakan yang saya suplai itu kelinci hias. Dari situ saya coba riset untuk bangun peternakan kelinci,” terang Musabbiq saat membuka paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 104, Rabu (18/1/2023).

Untuk sustain dan kontinu, menurut Musabbiq bisnis kelinci hias kurang menarik sehingga ia memilih untuk terjun ke bisnis kelinci konsumsi. Dari situ ia mulai bangun peternakan kelinci dan kemitraan.

Musabbiq mendirikan Kelinci Rakyat Group berlokasi di Sewon, Bantul, Yogyakarta yang mengelola peternakan mulai dari budidaya, pengolahan produk hingga pemanfaatan kotoran dan urin untuk pupuk.

“Jadi kami bangun pasarnya sehingga mitra fokus budidaya saja dan juga membangun peternakan zero waste,” ujarnya.

Menyadari saat ini jumlah konsumsi daging kelinci masih sangat sedikit, Musabbiq mencoba melakukan pemasaran dengan sistim back door.

“Daging kelinci ini faktanya kaya akan nutrisi, FAO sendiri sudah menyatakan daging kelinci rendah lemak dan kalori serta kaya akan protein, vitamin dan mineral. Jadi saya coba pasarkan dengan mengkampanyekan daging kelinci sebagai daging sehat yang sangat baik untuk ibu hamil, balita, penderita darah tinggi, pederita anemia dan yang sedang menjalankan diet,” ujarnya.

Musabbiq juga menjalin kerja sama dengan UGM dalam membuat ekstrak daging kelinci sebagai penambah HB bagi remaja wanita yang sering menderita anemia setelah haid. “Selain itu kedepannya kami juga akan jalin kerja sama untuk pengendalian stunting dengan mengkonsumsi daging kelinci,” terangnya.

Di sektor hilir untuk pengelolaan dan pemasaran daging kelinci Musabbiq mendirikan Dapur Kelinci Rakyat. “Jadi berbagai macam olahan kami sediakan, seperti sate, kelinci lada hitam, tengkleng, gulai, oseng mercon, lalu kulitnya kami jadikan kikil dan lainnya,” ujarnya.

Menurut Musabbiq beternak kelinci memiliki banyak keuntungan tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga lingkungan. “Kelinci bisa diternakan di pekarangan rumah, minim polusi suara dan udara karena 6 kali lebih rendah memproduksi emisi CO2 dibanding hewan ternak lain,” terangnya.

Dari sisi modal pun Musabbiq mengatakan sangat minim dan produktifitasnya 5 kali lebih tinggi dibandingkan sapi, namun harga perkilonya sama dengan sapi sekitar 120.000 rupiah/kg. “Usia produktif kelinci bisa sampai 4 tahun dan bisa dikawinkan kapan pun tanpa ada masanya, tapi yang terpenting jangan diternakan secara masif karena bisa mengakibatkan kelinci tidak tumbuh maksimal,” terangnya.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja mengatakan dalam pengantarnya bahwa memang benar kelinci belum umum di sektor peternakan. “Berdasarkan data BPS memang kelinci belum termasuk dalam kategori hewan ternak. Namun apa yang disampaikan Musabbiq memang benar bahwa kelinci memiliki potensi pasar besar sebagai alternatif protein sehat,” ujarnya.

Selain itu Guntur menyampaikan ada tantangan besar dalam membangun mindset masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci. “Cara pemasaran Musabbiq sangat cerdas dengan menonjolkan keunggulan produknya serta membangun kemitraan baik di hulu dan hilir. Hal ini patut dicontoh para milenial dalam memulai usaha dengan mengeksplor potensi sekitar,” tutupnya.

Webinar dengan tema ‘Sukses Isi Bisnis Ternak Kelinci’ ditayangkan via daring zoom dan streaming di TANITV dipandu Ila Failani dan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah dengan beragam background mulai dari akademisi, dinas, penyuluh dan masyarakat umum.* (na)

LEAVE A REPLY