JAKARTA – Indonesia bisa ungul dalam mengembangkan wisata Kesehatan (health tourism) dengam mengusung potensi kearifan lokal Nusantara.

Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI/ Ketua Center of Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia.Guntur Subagja Mahardika mengungkapkan pandemi covid-19 dapat menjadi momentum untuk pengembangan wisata kesehatan. Ada enam sektor wisata kesehatan yang berbasis kearifan lokal yang unggul dan dapat memenangkan persaingan wisata kesehatan di kawasan Asia Tenggara.

“Kita harus memadukan health tourism, medical tourism, dan wellness tourism dalam wisata kesehatan yang lebih luas,” ungkap Guntur dalam Webinar “Making Indonesia a Hub for Global Health Tourism” yang diselenggarakan ISABC (Indonesia – Saudi Arabia Business Council) dan Komite Bilateral Kadin, Rabu 29 Desember 2021.

Selain Guntur Subagja, hadir menjadi narasumber dalam forum “ISABC Business Dialogue” yang turut memeriahkan presidensi Indonesia G20 dan B20 ini adalah Shinta W Kamdani (Chair B20 Indonesia 2022/Koordinator WKU III Kadin Indonesia), Dr Daeng M Fakih (Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia/IDI), Dr Mukti Eka (Ketua Umum Perkumpulan Dokter Wisata Indonesia/Perkedwi), dan Ida Ayu Indah Yustikarini (Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Bali). Presiden ISABC Muhammad Hasan Gaido membuka webinar yang dipandu moderator Dr Putro S Muhammad (CEO Digital Hospital).

Guntur yang juga Pembina organisasi Insan Pariwisata Indonesia (IPI) menyebutkan enam sektor wisata kesehatan yg dapat dikembangkan yaitu: Medical, Food & Nutrition, Beauty, Sport, Nature, Spiritual & Education. “Di sektor medical tourism tiga negeri jiran Singapura, Thailand, dam Malaysia sudah lebih maju, tapi kita unggul di wellness tourism dan health tourism dengan nilai tambah kearifan lokal,” paparnya. Wellness tourism adalah wisata minat khusus untuk menjaga kebugaran.

Mengutip data Global Wellness Institute, Guntur Subagja, menyebut ekonomi global wellness mencapai 4,5 triliun dolar AS. Sementara pasar wisata kesehatan global, menurut Data Bridge Market Research tahun 2020, akan mencapai 269 miliar dolar AS pada tahun 2027. “Berkembangnya wisata kesehatan Indonesia akan memberikan dampak ekonomi besar pada sektor lainnya seperti UMKM, transportasi, kuliner, ekonomi kreatif dan ekonomi kerakyatan lainnya,” ujar Pembina IPI ini. Guntur menambahkan, potensi lainnya adalah memberikan nilai tambah layanan halal pada wisata kesehatan, yang nilai ekonomi halal global mencapai 3,2 triliun dolar AS. Wisata kesehatan halal dapat menjadi kelebihan Indonesia, selain nilai tambah kearifan lokal.


Para narasumber lainnya menyatakan Indonesia siap dalam mengembangkan wisata kesehatan. Kemampuan dokter dan layanan wisata Indonesia tidak kalah dari negara-negara lain.*

LEAVE A REPLY