INDONESIAREVIEW.ID – Pemuda Himpunan Pengusaha Nahdliyyin(HPN) menyelenggarakan Millionaire Youth Nahdliyyin Academy(MYNA) Batch II selama 3 hari (10-12 Februari) secara daring . “MYNA ini memiliki program mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian pemuda untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu mencetak pemuda yang beriman, bertaqwa, sehat, kreatif, inovatif, mandiri, demokrasi & berdaya saing tinggi” tutur moderator Noval Karom sebagai pembukaan acara MYNA Batch II (12/02).
Asisten staf khusus Wapres RI yang juga ketua umum INTANI-Insan Tani dan Nelayan Indonesia, Guntur Subagja Mahardika turut menjadi pembicara. Dalam sesi ini ia membahas bagaimana peluang usaha di sektor pertanian dan perikanan. “Indonesia merupakan negara agromaritim yang luar biasa, memiliki lahan subur, berada di iklim tropis serta sumber daya laut melimpah. Namun banyak masyarakat yang terjun ke sektor pertanian, ekonominya belum sejahtera,” tutur Guntur.
Ia menambahkan “INTANI hadir dengan konsep ‘empower to power’, bagaimana kita memberdayakan menjadi kekuatan. Jadi kita tidak sekedar memberdayakan masyarakat, tetapi kita ingin membangun kekuatan menjadi kekuatan social capital & social economy.”
Ada lima langkah yang dilakukan Intani yaitu, capacity building, technology inovation, product development, networking dan social enterprise.
“Membangun jiwa kewirausahaan dengan social enterprise yaitu kita berusaha mencari untung sebesar-besarnya tetapi kita juga memberikan dampak sosial sebesar-besarnya. Jadi kita tidak sekadar memberikan dampak sosial yang besar tetapi harus seimbang “ imbuhnya.
Selanjutnya, ia menyampaikan Intani sebagai connecting people dalam membangun ekosistem pertanian dari hulu sampai hilir. “Bagi kita, modal itu bukanlah permasalahan utama tetapi terakhir. Pertama yaitu kesiapan petaninya, teknologi, pasar setelah itu modal serta branding & promotion.”
Berdasarkan publikasi terbaru Forbes, 10 orang terkaya di Indonesia berbisnis di sektor pertanian dalam arti luas. “ Hal ini menjadi bukti bahwa sektor pertanian memiliki potensi ekonomi yang besar. Namun jumlah petani muda kita belum mencapai satu persen, kebanyakan pemuda lebih memilih menjadi buruh pabrik.”
Dalam kesempatan MYNA Batch II ini Guntur mengajak pemuda Nahdliyyin mau masuk ke sektor pertanian, “saat berbicara pertanian, bukan berarti kita terjun ke sawah berlumpur. Sektor pertanian ini memiliki supply chain yang luas, meliputi: inputs, production, transport, storage & handling, value added processing, transport & logistics, marketing & distribution, end-user.”
Tahun 2019, jumlah wirausaha di Indonesia sekitar lima persen. Jumlah ini didominasi wirausaha yang ada di perkotaan 87% dan di pedesaan 12%. “Ini menjadi momentum membangun ekonomi desa dengan ekosistem desa digital untuk meningkatkan PAD serta menciptakan lapangan kerja di desa sehingga tidak ada lagi pemuda yang urban ke kota hanya untuk menjadi buruh pabrik dan sebagainya.”
“Banyak sekali potensi ekonomi desa yang bisa dikembangkan dari sektor pertanian maupun perikanan. Kita harus membangun berbasis desa, karena jika desa-desa kita kuat otomatis negaranya akan kuat, tapi kalau ekonomi negaranya kuat belum tentu desanya sejahtera” pungkas Guntur mengakhiri sesinya.
Turut hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini antara lain Kabag Humas, Hukum dan Sistem Informasi Deputi 2 Kemenpora RI, Dr. H. Mustadin Tanggala, S.PSI, M.SI. Ketua Program Studi Akutansi UNUSIA dan Direktur Lembaga Profesi Keuangan & Ekonomi PB PMII, Muhammad Aras Prabowo, S.E, M. Ak. dan Komisaris Independen BNI, Dr. Ir. Iman Sugema, M.Sc.* (na-ir)