INDONESIAREVIEW.ID, Jakarta – Kaum muda perlu berpartisipasi secara aktif dalam mendukung tiga isu dalam transisi energi berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah pada Presidensi G20 Indonesia 2022.
Tiga isu yang dimaksud antara lain akses energi yang terjangkau, penggunaan teknologi pintar dan bersih, serta pembiayaan penggunaan energi yang berkelanjutan. Kolaborasi tersebut, akan membuat transisi energi berkelanjutan dapat segera terwujud.
“Transisi energi yang berkelanjutan ini memiliki tingkat urgensi yang tinggi. Oleh sebab itu, dengan semangat kolaborasi kita dapat ambil bagian,” kata Tim Juru Bicara G20 Maudy Ayunda di Istana Negara, DKI Jakarta, Kamis (12/05/2022).
Kolaborasi pertama, katanya, memberikan akses kerja sama dengan lembaga internasional berkaitan dengan penelitian dan teknologi energi bersih. Tujuannya, transisi energi berkelanjutan yang dipergunakan dapat menjadi andalan sumber energi bagi masyarakat.
Hal tersebut penting dalam mengelola energi terbarukan, efisiensi energi, dan penggunaan bahan bakar fosil yang lebih bersih di dalam negeri.
“Memberikan akses energi yang terjangkau dan dapat diandalkan untuk semua tujuan,” kata Maudy.
Kedua, penggunaan teknologi pintar dan bersih. Maksudnya adalah mendorong penggunaan teknologi dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Dengan begitu, pengurangan akan emisi CO2 dapat segera mencapai target yang telah ditentukan.
“Dalam konteks efisiensi energi pengurangan emisi maupun pengembangan energi terbarukan,” tutur Maudy.
Terakhir adalah kolaborasi pembiayaan penggunaan energi yang berkelanjutan. Maksudnya, diperlukan skema dan mekanisme pembayaran yang dikembangkan. Untuk menggalang kolaborasi semua pemangku kepentingan dalam mewujudkan transisi energi berkelanjutan.
“Untuk mendukung dua poin sebelumnya, skema dan mekanisme pembiayaan dari semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun philanthropy,” imbuh Maudy.
Ancaman perubahan iklim
Maudy menyebutkan pentingnya keterlibatan atau partisipasi dari kaum muda. Hal ini agar dapat memberikan perubahan nyata terhadap penggunaan energi fosil di Indonesia. Sehingga, di masa depan kaum muda dapat mengurangi penggunaan energi berbasis fosil secara signifikan.
Hal tersebut, harus segera dilakukan oleh kaum muda untuk menjaga kelestarian bumi. Mengingat, penggunaan energi fosil meningkatkan emisi CO2 yang menyebabkan serangkaian kerusakan lingkungan. Dari mulai udara hingga laut yang terancam akan kerusakan.
Kerusakan alam ditegaskan Maudy, adalah ancaman nyata. Hal ini pun diakui oleh sejumlah negara yang tergabung dalam G8, dan sebanyak 30 badan ilmiah dari berbagai negara.
“Aktivitas manusia telah berdampak luas pada kerusakan atmosfer, laut, kriosfer, dan biosfer secara permanen. Kerusakan alam permanen di muka bumi ini ditanggung oleh kita sendiri,” kata Maudy.
Ancaman itu pun juga mampu membuat penyakit baru yang akan menjadi pandemi. Apabila, kondisi kerusakan alam permanen tersebut yang semakin lama terjadi.
“Munculnya banyak penyakit baru hingga menyebabkan pandemi. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia adalah salah satu dampak nyata,” kata Maudy.
Sebagai bentuk konkret upaya pemerintah mulai mewujudkan transisi energi berkelanjutan, kini tengah di terapkan penggunaan kendaraan listrik dalam ajang G20. Setiap kendaraan yang digunakan, adalah kendaraan dengan bahan bakar energi baru terbarukan.
Selain itu, transportasi publik yang menggunakan energi listrik akan segera diterapkan pada sejumlah wilayah di tanah air. Sehingga, target emisi CO2 sebesar 0 persen dapat segera diraih sesuai dengan rencana.
“Penggunaan kendaraan listrik merupakan salah satu strategi untuk mencapai target Indonesia menurunkan emisi sebanyak 29 persen pada 2030 dan emisi 0 pada 2060,” tutur Maudy.* (na-sumber: Kominfo)