INDONESIAREVIEW.ID – Bisnis tanaman hias kembali naik daun selama pandemi covid-19, peluang ini pun tak disia-siakan oleh milenial asal Bone – Sulawesi Selatan. “Saya melihat peluang besar dari bisnis tanaman hias, kebetulan saat itu kuliah online jadi saya manfaatkan waktu luang dengan mendirikan The WG Garden pada Maret 2020,” terang Andi Aswan mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 74, Rabu (15/06) ditayangkan streaming di TANITV.

Pria kelahiran tahun 1999 ini mengisahkan awalnya budidaya komoditi tanaman herbal hingga saat ini lebih memilih fokus pada tanaman hias jenis aroid. Nama The WG Garden terinspirasi dari salah satu tanaman herbal yaitu wheat grass, tanamannya kecil-kecil tumbuh cepat bisa dipanen berkali-kali dan daunnya memiliki nutrisi tinggi. “Saya ingin The WG Garden ini bisa tumbuh kuat dan memberikan banyak manfaat secara luas”.

Aswan memulai budidaya tanaman hias daun di halaman rumah seluas 6m persegi. “Alhamdulilah kalau sekarang sudah punya green house kecil-kecilan untuk memperbanyak jenis tanaman hiasnya,” ujarnya.

Bermodal 300 ribu rupiah tidak menjadi kendala Aswan untuk mengembangkan usahanya. Ia memanfaatkan berbagai media sosial, promosi langsung di kampus dan marketplace sebagai media pemasarannya. “Saya juga berkolaborasi dan bermitra dengan komunitas tanaman hias lain serta eksportir tanaman hias. Selain itu saya bersyukur bisa terpilih mengikuti program YESS dari Kementerian Pertanian sehingga bisa menjadi tambahan modal dan pengalaman”.

Harga tanaman hias daun yang dijual Aswan bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. “Ini Alocasia Suhirmaniana Varigata laku terjual 6,5 juta hanya satu helai daun,” ujar Aswan sambil memperlihatkan fotonya.

Untuk pemasarannya Aswan mengatakan sudah ke Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa dan Bali selain memenuhi pasar lokal di Sulawesi Selatan. “Pasar ekspor sudah ada tawaran, namun kami masih mempelajari regulasinya sehingga untuk saat ini masih memilih sebagai supplier eksportir”.

Aswan mengungkapkan kendala terbesar saat ini yaitu dalam kontinuitas suplai tanaman hias. “Permintaan pasar cukup tinggi, jadi kami fokus membangun jaringan dan berkolaborasi untuk memenuhi suplai”.

Guntur Subagja, selaku ketua umum Intani dalam pengantarnya mengapresiasi sosok Aswan yang mampu mengembangkan peluang di tengah pandemi disaat orang lain mengeluh usahanya jatuh. “Hal seperti ini yang bisa menginspirasi dan menjadi motivasi bagi masyarakat khususnya para generasi muda. Cerdas dalam menangkap peluang dan mengembangkannya walaupun keterbatasan modal”.

Guntur mengungkapkan pasar global tanaman hias mencapai 7,8 juta USD dan market share Indonesia belum mencapai 1 persennya. “Hal ini menjadi tantangan kita bersama Intani, bagaimana bisa memaksimalkan peluang ini dengan sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya akan tanaman hias endemik asli nusantara. Saya yakin dengan hadirnya Aswan akan membangkitkan pemuda lain untuk menjadi wirausaha di sektor pertanian,” pungkasnya.

Sejalan dengan yang disampaikan ketua umum Intani, Aswan mengatakan akan konsen berwirausaha disektor pertanian dan terus berkolaborasi bersama pemuda dalam rangka membangun mindset agar memiliki usaha sendiri dibanding sekadar bekerja sebagai karyawan. “Sesuai tagline kami ‘saat ini bukan eranya untuk berkompetisi tetapi berkolaborasi’,” tutupnya.*

LEAVE A REPLY