INDONESIAREVIEW.ID – Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia – Intani sangat intens mengajak masyarakat kembali ke sektor pertanian. Untuk mempercepat kemajuan pertanian nasional, maka Intani membantu para petani di berbagai daerah dalam mengakses pasar sehingga para petani memperoleh kepastian harga dari hasil panennya.

“Intani sebagai connecting people, salah satu tugasnya mengkoneksikan antara petani dan pasar. Karena kendala petani kita kebanyakan bingung setelah panen mau dijual kemana, alhasil hanya dibeli para tengkulak dengan harga murah,” terang Guntur Subagja saat menyampaikan pengantar pada webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema ‘Sukses Mengisi Peluang Pasar Paprika’, Rabu (10/08).

Guntur menekankan pentingnya edukasi bagi para petani tentang market. “Hal ini sangat baik bagi petani, sehingga mereka bisa menyesuaikan produksi dan permintaan pasar. Jadi tidak hanya kualiatas yang meningkat, tetapi nilai ekonominya juga”.

Narasumber inspirasi bisnis Intani seri ke 82, Wisnu Saepudin, ketua kelompok tani Berkah Tani dari desa Pasirlangu, Cisarua, kabupaten Bandung Barat – Jawa Barat menjadi sosok inspiratif yang sukses menjadi agregator di sektor pertanian.

“Jadi saya budidaya paprika, bina petani juga, pasarkan hasil panen, serta mengatur supply & demand paprika agar harganya tetap tinggi,” terang Wisnu.

Sejalan dengan yang disampaikan ketua umum Intani, Wisnu juga mengatakan dalam produksi wajib untuk menentukan pasar terlebih dahulu. “Pasar ini nomor satu, baru siapkan berapa yang harus diproduksi, jangan terbalik. Inilah yang sering terjadi pada petani sehingga sering merugi kalaupun untung hanya sedikit”.

Saat ini Wisnu bersama kelompok taninya mengelola paprika di lahan seluas 5 hektar dengan produktifitas 700 kg sampai 1 ton setiap hari. “Dengan kapasitas produksi sebanyak itu semua sudah terserap habis oleh mitra kami. Untuk menjaga stabilitas harga saya kerja sama dengan produsen di Malang dan Bali sehingga bisa diatur untuk manajemen stok dan suplainya”.

Di tahun 2016, ia mulai membangun green house dan perlengkapannya sendiri dengan modal sekitar 100 juta rupiah. “Memang modal di awal itu besar, namun bisa dibilang itu bagian dari investasi cukup sebanding dengan yang diperoleh saat ini. Untuk bibit kami impor dari Taiwan, karena harga yang terjangkau sehingga bisa menekan biaya,” ujarnya.

Keuntungan yang diperoleh dari paprika sangat menjanjikan dari 1 ton paprika Wisnu memperoleh keuntungan bersih satu hingga dua juta rupiah. “Itu baru dari bagi hasil dengan petani, belum dari penjualan paprika di lahan saya sendiri seluas 1 hektar”.

Ila Failani, selaku host menambahkan Intani sudah tepat menghadirkan Wisnu sebagai narasumber, menjadi sosok inspiratif yang menjadi contoh nyata petani muda. “Memang ini bagian dari tugas Intani, bagaimana mendekatkan petani pada akses pasar baik lokal dan global, akses keuangan dan pengetahuan. Dengan hadirnya Wisnu yang baru berusia 29 tahun, ini bisa menjadi motivasi bagi para petani muda untuk lebih berkembang lagi”.

Pada penutupnya Guntur menambahkan  dalam bisnis pertanian bukan sekadar produksi tapi harus menjaga manajemen suplai. “Bagaimana melihat kondisi pasar lalu menyesuaikan dengan produksi. Wisnu sangat cerdas dalam memenuhi supply & demand, seperti inilah seharusnya seorang agregator di bisnis pertanian”.*

LEAVE A REPLY