INDONESIAREVIEW.ID – Cabai rawit menjadi salah satu komoditas hortikultura paling menjanjikan dari segi harga jual. Potensi ini menjadi daya tarik milenial asal Konawe, Abdul Ahmad Anton untuk terjun ke sektor pertanian.

Anton mulai bertani sejak 2017 saat ia menjabat sebagai ketua BEM di Fakultas Teknik Universitas 19 November Kolaka dan mengalami konflik dengan kampusnya sehingga ia harus diskorsing selama 4 semester.

“Saat itu saya pulang ke Konawe, cari aktifitas dan kebetulan saya dekat dengan pemerintah desa, dari situ diskusi program-program desa sampai dipercaya untuk mengelola program penangkaran bibit lada. Namun tidak saya teruskan karena proses administratif jadi penangkar bibit cukup rumit dan pertanyaan orang tua ‘kamu kenapa liburnya lama, kapan kuliahnya selesai?’,” jelas Anton sambil tertawa, Rabu (24/08).

Melanjutkan paparannya sebagai narasumber inspiratif di webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 83 yang ditayangkan streaming di TANITV, Anton mengatakan setelah itu ia memilih kembali ke Kolaka dan mengisi kekosongan dengan bertani cabai rawit.

“Saya riset dulu, komoditi apa yang kira-kira sesuai. Karena memang saya tidak ada background pertanian sama sekali. Akhirnya saya pilih cabai rawit, karena pasarnya besar dan budidayanya cukup mudah,” terangnya.

Awal budidaya cabai rawit Anton menyewa lahan seluas satu hektar dan pinjam modal sebesar 10 juta rupiah untuk operasional. “Hasilnya sangat luar biasa, apalagi untuk saya sebagai petani pemula. Kontrak lahan selama setahun di 2018, laba bersih yang saya terima sekitar 130 juta rupiah dari 10.000 pohon cabai rawit. Hingga saya tidak boleh perpanjang sewa lahan, katanya yang punya lahan ingin bertani sendiri,” terang Anton sambil tertawa mengingat kejadian itu.

Setelah menyelasikan kuliahnya di 2019, Anton kembali lagi ke desanya di Lawonua, Besulutu, Konawe – Sulawesi Tenggara dan lanjut bertani disana menggunakan lahan orang tua. “Pastinya dibutuhkan mental yang kuat ya dari suara sumbang lingkungan sekitar, karena background saya sebagai sarjana Teknik Pertambangan dan memilih konsisten bertani,” ujar Anton.

Anton sudah memiliki market sendiri di pasar-pasar provinsi dan luar pulau serta beberapa rumah makan. “Dulu pernah ketemu pembeli ‘nakal’ jadi dari situ mulai survei pasar sendiri, alhamdulillah dapat dan bisa jual langsung. Untuk pembeli dari rumah makan itu awalnya saya untuk siasati waktu harga cabai yang sedang anjlok, lumayan bisa tutupi biaya produksi. Dari situ jadi terus berlanjut suplai ke rumah makan”.

Aris Eko Sedijono, selaku host mengulik lebih jauh pengembangan bisnis yang dijalankan Anton fokus pada cabai rawit saja atau sektor hortikultura lainnya.

“Tahun 2021 saya ditunjuk sebagai Duta Petani Milenial dari Kementan, jadi dari situ saya fokus bina petani saat ini ada 17 petani aktif dengan total lahan yang dikelola 10 hektar. Tidak hanya cabai rawit, tetapi juga sayur mayur lainnya. Selain itu saya juga fokus kerja sama untuk distribusi pupuk non subsidi dengan salah satu perusahaan swasta,” terangnya.

Anton pun berpesan untuk menjadi petani sukses harus berpikir maju dan jauh dari mental pengemis. “Jangan hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah saja, tetapi kita harus berpikir maju, mandiri, konsisten dalam berusaha dan harus kontinu dalam produksi”.

Guntur Subagja, ketua umum Intani menyampaikan dalam pengantarnya bahwa cabai ini memang komoditi yang sangat menarik, sekali tanam bisa panen berkali-kali. “Produksi cabai kita secara nasional itu relatif surplus tetapi harga fluktuatif ini dikarenakan produksi dan distribusi yang belum merata”.

Ia mengatakan ada satu solusi yaitu dengan mengatur pola tanam yang disesuaikan di berbagai daerah sehingga bisa diatur untuk pendistribusian secara merata. “Selain itu bagaimana kita memasyarakatkan cabai menjadi tanaman sehari-hari, sehingga masyarakat bisa tanam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri,” terang Guntur.

Sebagai penutup Guntur sangat mengapresiasi Anton, sebagai milenial yang sukses dan konsiten memilih sektor pertanian untuk ditekuni. “Pemuda yang patut dicontoh, mulai dari hulu sampai hilir dipelajari untuk menjadi petani sukses. Bahkan sampai bisa membina petani, ini sangat luar biasa. Melalui webinar inspirasi bisnis Intani ini semoga lebih banyak yang mengikuti jejak Anton”.*

LEAVE A REPLY