INDONESIAREVIEW.ID – Buah menjadi salah satu komoditi unggulan pertanian Indonesia. “Seperti yang kita tahu Indonesia terkenal dalam dua hal, pertama sebagai negara penghasil rempah-rempah dan penghasil buah tropikal nusantara  terbesar,” tutur Guntur Subagja, ketua umum Intani dalam pengantarnya di webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 63, Rabu (16/03).

Guntur mengatakan diperlukan konsistensi para petani dalam meningkatkan produksi buah lokal agar mampu memenuhi kebutuhan buah nasional. “Dalam hal ini, kami sedang membangun satu ekosistem pertanian yang terintegrasi agar petani memiliki akses lebih luas baik dari sisi pasar, teknologi, pendampingan, permodalan dan networking,” tuturnya.

Iqbal Abipraya, ketua Asosiasi Semangka Berkah Andalan Sejahtera, desa Mayangan, Jember dan owner toko pertanian Tani Joss selaku narasumber pun mengamini apa yang disampaikan Guntur. “Memang benar dibutuhkan ilmu dan konsistensi tinggi dalam berbudidaya apa pun, serta ekosistem yang baik” ujarnya.

Pria kelahiran tahun 1994 ini menuturkan alasan ia tejun ke sektor pertanian, “saya ingin konsisten dengan bidang keilmuan yang saya miliki dan juga setelah sulit mencari pekerjaan, saya mengamati pertanian ini memiliki prospek besar untuk dieksplorasi.”

Dari keprihatinannya akan regenerasi petani, Iqbal melihat itu sebagai peluang untuk terjun ke pertanian. “Untuk berbudidaya komoditas pertanian apapun ada tiga poin penting yaitu, ilmu dan pengetahuan teknologi, pasar serta pertimbangan jenis tanam yang disesuaikan dengan kondisi lahan baik pangan maupun hortikultura.”

Iqbal sebelumnya pernah mencoba komoditi pangan, namun karena beberapa hal ia pun memutuskan konsen berbudidaya hortikultura, yaitu semangka. “Masa tanam semangka ini kan tidak lama hanya dua bulan sudah panen, tidak seperti pangan. Jadi perputaran modalnya lebih cepat, itu salah satu pertimbangan saya.”

“Untuk modal per hektar 50 juta rupiah, hasil panen bisa mencapai 40 ton per hektar dengan nilai asumsi tertinggi 140 juta rupiah. Saat ini kami mengelola sekitar 25 hektar lahan dengan 20 petani yang tergabung dalam Program Makmur PT. Pupuk Kalimantan Timur,” jelas Iqbal.

Ia pun menuturkan banyak keuntungan yang diperoleh dari Program Makmur, dari kepastian pasar dan juga akses pupuk non subsidi. “Walaupun harga pupuk non subsidi lebih mahal, namun saya merasakan sendiri dampaknya. Hasil panen meningkat, otomatis pendapatan kami bertambah.”

Project Manager Program Makmur Pupuk Kaltim, Adrian R.D. Putera yang turut hadir dalam webinar menjelaskan program ini. “Kegiatan kami secara garis besar sama dengan Intani, menciptakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dengan sistem smart farming. Kami berharap bisa terus berkolaborasi dengan Intani untuk mencetak lebih banyak petani milenial.”

Andrian pun menuturkan tujuan Program Makmur yaitu mendampingi para petani untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan, mengadopsi praktek pertanian unggul dan penggunaan agro input non subsidi.

Webinar inspirasi bisnis Intani series ditayangkan setiap hari Rabu, streaming di TANITV (https://youtu.be/v6mNP9EgLV4).* (na-ir)

LEAVE A REPLY