INDONESIAREVIEW.ID, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para pelaku usaha memaksimalkan peluang ekspor yang kian terbuka. Selain makin diminati di pasar global, produk perikanan Indonesia bisa menikmati tarif 0% ke berbagai negara di dunia.
Terlebih Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan dan meratifikasi perjanjian perdagangan dengan beberapa negara antara lain Indonesia – European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE–CEPA) yang beranggotakan Norwegia, Swiss, Islandia dan Lichtenstein, Indonesia – Mozambique Preferential Trade Agreement (IM-PTA), Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP), dan Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).
“Dengan adanya perjanjian dagang tersebut, diharapkan peluang akses pasar produk perikanan semakin terbuka mengingat hambatan tarif semakin menurun bahkan dihapuskan,” jelas Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (21/5/2022).
Saat melakukan sosialisasi hasil perundingan akses pasar dan tata laksana pemanfaatannya bagi eksportir hasil perikanan di Surabaya beberapa waktu lalu, Artati menyampaikan bahwa FAO telah memproyeksikan 90% dari produksi ikan akan dikonsumsi sebagai pangan, tepung ikan dan minyak ikan (8%), dan sisanya non pangan lainnya (2%) pada tahun 2030. Kemudian konsumsi ikan per kapita secara global diproyeksikan mencapai 21,2 kg per kapita pada 2030, naik dari rata-rata 20,5 kg per kapita pada 2018-2020. Sementara konsumsi ikan akan meningkat di kawasan Asia, Eropa dan Amerika, sementara di Oseania akan tetap stabil dan menurun di Afrika serta konsumsi ikan di Tiongkok diproyeksikan sekitar 45 kg per kapita pada tahun 2030.
Selain itu, diproyeksikan juga ekspor ikan konsumsi dunia pada tahun 2030 akan mencapai 44 juta ton (setara berat hidup). Dan sekitar 47% ekspor ikan konsumsi dunia akan berasal dari negara-negara Asia.
“Tentu ini gambaran peluang yang sangat sayang kalau kita lewatkan, jadi mari kita optimalkan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Senada, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Erwin Dwiyana menunjukkan produk Indonesia semakin mendapatkan tempat di pasar dunia. Berdasarkan data sementara BPS (480 kode HS 8 digit produk perikanan), nilai ekspor produk perikanan periode Januari – Maret 2022 mencapai USD1,53 miliar atau naik 21,62% dibanding periode yang sama tahun 2021.
Negara tujuan ekspor utama produk Indonesia meliputi Amerika Serikat sebesar USD727,27 juta atau meningkat 29,60% dibanding periode tahun sebelumnya, Tiongkok sebesar USD214,39 juta (meningkat 25,32%), Jepang sebesar USD151,62 juta (meningkat 10,08%), ASEAN sebesar USD151,26 Juta (meningkat 12,18%), dan Uni Eropa sebesar USD78,17 juta (meningkat 26,71%).
“Menyambung pernyataan Bu Dirjen, jadi memang produk perikanan kita semakin diminati di pasar dunia,” ungkap Erwin.
Dari sisi komoditas, ekspor utama Indonesia meliputi Udang sebesar USD621,92 juta (40,64% terhadap nilai ekspor total), Tuna-Cakalang-Tongkol sebesar USD189,53 juta (12,39%). Kemudian Rajungan-Kepiting sebesar USD172,56 juta (11,28%), Cumi-Sotong-Gurita sebesar USD154,53 juta (10,10%), Rumput Laut sebesar USD114,26 juta (7,47%).
“Neraca perdagangan produk perikanan periode Januari – Maret 2022 surplus sebesar USD1,39 miliar atau naik 21,78% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Erwin.
Surplus neraca perdagangan produk perikanan dapat terus ditingkatkan sejalan dengan program prioritas KKP yakni pengembangan perikanan budidaya komoditas berorientasi ekspor yaitu udang, kepiting, lobster dan rumput laut.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meminta jajarannya untuk terus memberikan edukasi terkait produksi hingga pengolahan agar memenuhi standar global. Dengan begitu, ekspor perikanan Indonesia ke pasar global khususnya AS, Jepang dan Tiongkok serta Eropa akan terus meningkat.* (sil-rls)