INDONESIAREVIEW.ID – Komoditas pinang memiliki potensi pasar yang tinggi walaupun di tengah pandemi. “Tahun 2021, nilai ekspor pinang mencapai 5 triliyun rupiah,” terang Aris Eko Sedijono, selaku host saat membuka webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 76, Rabu (29/06).

Fakta ini menjadi angin segar bagi para petani pinang tak terkecuali Muhammad Saman,  narasumber inspiratif dan petani pinang sekaligus ketua kelompok tani Mekar Hijau Rimbun III Betara, Tanjung Jabung Barat – Jambi.

“Pinang memang bagus sekali, sampai grade terendah pun dia ada harganya. Bahkan saya berani bilang kalau untuk saat ini pinang harganya lebih bagus dibanding sawit,” ujar Saman mengawali paparannya streaming di TANITV.

Saman mengisahkan mulai budidaya pinang tahun 2010 di lahan seluas 3 hektar. “Sebenarnya di daerah saya ini sudah bertani pinang dari tahun 80an, namun belum jadi komoditi utama. Saat ini sudah lebih fokus budidaya pinang agar hasilnya lebih maksimal”.

Saat ini tak kurang dari 70 hektar lahan pinang di kelola Saman dan kelompok taninya. “Untuk satu hektar ada 1000 – 1100 pohon pinang dan sudah 85% panen,” ujar Saman. Pendapatan petani bisa mencapai 5 hingga 6 juta rupiah per hektar setiap panen.

Pinang baru bisa dipanen setelah usia 4 sampai 5 tahun, jadi selama masa tunggu itu Saman mengatakan biasa tumpang sari dengan nanas, ubi atau pisang.

“Butuh penanganan ekstra pasca tanam hingga usia satu tahun, karena bibit pinang itu relatif kecil sekitar 50cm jika tidak dirawat baik bisa tertutup gulma,” terang Saman.

Untuk saat ini Saman hanya fokus pada penjualan pinang belum ke bibit atau produk turunan lainnya. “Penjualan bibit butuh sertifikasi dan agak rumit untuk memperolehnya, sudah pernah ikut untuk sertifikasi tapi belum lulus”.

Saman juga mengatakan untuk saat ini sudah melakukan kerja sama dengan ekspotir sebagai sub supplier pinang. “Kebutuhan eksportir kurang lebih 270 ton setiap bulan dengan kisaran harga 10.000 per kg. Namun memang kami belum bisa memasok full sebanyak itu karena terbentur biaya”.

Ketua umum Intani, Guntur Subagja mengatakan dalam pengantarnya bahwa pasar ekspor pinang yang meliputi India, Bangladesh, Nepal, China dan Timur Tengah harus dioptimalkan. “Berdasarkan data sebelum pandemi kita bisa mengekspor pinang hingga 100.000 ton, dengan angka ini seharusnya kita bisa mengoptimalkan pinang menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor nasional”.

Selain itu Guntur juga menambahkan agar membuat produk nilai tambah dari pinang untuk meningkatkan pendapatan para petani. “Pelepahnya bisa dijadikan peralatan rumah tangga lalu juga bisa dibuat produk herbal dan produk turunan lainnya”.

Guntur mengatakan melalui Intani siap menjebatani Saman dan kelompok taninya untuk akses pembiayaan agar bisa lebih produktif suplai ekspor.*

LEAVE A REPLY