INDONESIAREVIEW.ID, JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar berharap agar adanya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tidak mengubah budaya dan kearifan lokal desa-desa setempat. Kearifan lokal desa di IKN harus jadi etalase Indonesia.’
Desa di kawasan IKN harus bisa menjadikannya sebagai peluang untuk semakin mengembangkan potensi.
Hal itu terungkap saat Mendes PDTT menerima kunjungan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) di Kalibata, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Pria yang akrab disapa Gus Halim ini menjelaskan keinginannya untuk menjadikan desa di IKN Nusantara sebagai cerminan Indonesia.
Lengkap dengan budaya juga khas desa, kondisi Indonesia diharap bisa terlihat dari desa-desa di lingkungan tersebut. Tentu saja hal ini diyakini terwujud dengan adanya kolaborasi semua pihak baik di pusat maupun daerah.
“Kita memang harus mereferensikan desa hingga menjadi etalase desa di Indonesia. Ini sedang saya siapkan di IKN. Saya berusaha agar desa-desa di sana jangan berubah dari segi apapun meski jadi ibu kota negara. Karakter desa jangan sampai berubah menjadi kelurahan,” katanya.
“Bayangan saya jadi etalase untuk menunjukkan bagaimana kehidupan kebiasaan, keberagaman, pluralisme di desa. Harus bisa jadi etalasi dari kota atau negara manapun. Kalau mau lihat Indonesia ya bisa lihat disitu. Jangan sampai terjadi penurunan kearifan lokal,” ujar Gus Halim.
Mendes PDTT mengatakan bahwa hal seperti itu akan ada jika semuanya mau terlibat.
“Kalau enggak, ya enggak akan bisa. Sengotot apapun Kementerian Desa bertindak karena harus sinergi dengan ini dan itu,” tandasnya.
Salah satu hal yang menarik dari desa adalah kearifan lokal berupa budaya maupun potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Oleh karena itu, pria yang juga akrab disapa Gus Menteri ini akan terus menekankan kepada semua aktor desa untuk membangun desanya tanpa meninggalkan budaya setempat.
Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam SDGs Desa ke-18 Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif, di mana semua budaya desa yang sudah ada dan memberikan dampak baik untuk masyarakat harus dilanjutkan.
Menanggapi hal tersebut IKAPI menilai literasi adalah salah satu aspek yang harus ada di desa.
Sehingga generasi mudanya bisa melaksanakan pembangunan dengan bantuan panduan yang bisa secara mudah ditemukan di desa.
Para aktor pembangunannya harus memiliki ruang untuk mengakses segala jenis buku terutama sesuai dengan potensi yang ada di desa.
“Salah satu visi kami memang tentang buku yang menyangkut kondisi lokal. Desa atau setidaknya kabupaten atau kota harus bisa menerbitkan buku yang membahas tentang kondisi desa setempat. Jangan sampai semuanya mengambil dari kota, ini masih menjadi PR kami karena tentu saja buku-buku tersebut kurang mampu menggambarkan kondisi desanya,” tegas Ketua Panitia International Book Fair 2022, Wahyu Rinanto.
Sementara Ketua IKAPI Arys Hilman Nugraha menyatakan bahwa desa perlu sekali memiliki penerbitan sendiri untuk bisa menuliskan tentang kondisi desanya.
“Selama ini sudah ada beberapa tapi didominasi oleh penerbit dari kampus sehingga cakupannya tidak meluas sampai buku anak-anak,” ujarnya.* (na-sumber: Kemendes PDTT)