INDONESIAREVIEW.ID – Memulai bisnis dari hobi memang menyenangkan namun dibutuhkan keuletan dan konsistensi tinggi agar tetap sustain. Seperti halnya yang dilakukan Dedek Setia Santoso dalam mengembangkan hobinya berbudidaya anggrek hingga bisa membangun Kampung Eduwisata Anggrek di desa Dadaprejo, Junrejo, Batu – Malang.
“Setelah lulus kuliah saya kerja serabutan, dari cari pakan untuk ternak sampai kerja di katering. Lalu ada waktu luang saya coba budidaya anggrek. Waktu itu tidak ada basic ilmu pertanian sama sekali hanya sekadar hobi saja,” terang Dedek mengawali paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 93, Rabu (3/11/2022).
Dedek mengisahkan mulai budidaya pada 2007 di lahan seluas 1×0,5 meter dengan modal 25 ribu rupiah dan menggunakan botol-botol bekas yang ia kumpulkan dari tempat katering untuk media tanamnnya.
Saat awal menjual, Dedek menggunakan sistem titip jual ke toko-toko tanaman hias yang ada di Batu dan Malang. “Jadi setiap seminggu sekali saya cek yang tidak laku terjual saya ganti dengan bibit yang baru agar selalu fresh,” terangnya.
Setelah itu Dedek mulai belajar kultur jaringan secara otodidak, karena sulit belajar dari nursery sekitar. Namun ia tidak patah semangat hingga berhasil membangun lab sederhana sendiri. “Berkembang lagi lalu saya terpikir untuk membina petani sekitar budidaya anggrek, dari 25 petani yang saya latih hanya satu yang berhasil, “ ujarnya sambil tertawa.
Walaupun begitu, Dedek tetap semangat mengajarkan petani lainnya untuk budidaya anggrek. Memang kendalanya saat itu banyak juga petani yang enggan budidaya anggrek karena prosesnya yang lama dan masih bingung untuk pemasarannya.
“Dari situ saya mulai terpikir untuk membangun supplay chain, jadi petani fokus budidaya saja untuk pemasaran sudah ada bagian lainnya,”.
Dedek mengatakan sering mengikuti kegiatan pameran baik nasional maupun internasional. Beragam penghargaan pun sudah diraihnya, selain itu dengan mengikuti kegiatan pameran bisa menjadi peluang untuk melebarkan pemasaran anggreknya.
Dedek mengatakan dari hasil penyilangannya setiap bulan ia bisa menghasilkan sedikitnya 200 anggrek jenis baru dan sudah 250 lebih jenis anggrek yang ia patenkan di Royal Horticultural Society (RHS) London.
Kini Dedek memiliki lahan seluas 4.000 meter yang digunakan untuk budidaya anggrek. “Kalau digabung dengan petani binaan bisa mencapai 4 hektar”.
Tidak hanya budidaya anggrek, Dedek juga membangun DD Orchid Nursery sebagai eduwisata bagi masayarakat umum dan tempat magang bagi siswa SMK hingga mahasiswa. Setiap harinya ada 60 siswa magang yang belajar dari mulai pembibitan, kultur jaringan, penyilangan, budidaya hingga pemasaran.
“Kami sediakan mess dan makan free disini. Jadi saya tidak ingin orang lain mengalami kesulitan informasi untuk belajar budidaya anggrek seperti saya dulu, maka saya membangun eduwisata ini,” jelas Dedek.
Lebih lanjut Dedek mengatakan ada 108 petani binaan yang tergabung dalam kelompok tani sandriana, 30 karyawan tetap & menggerakkan karang taruna untuk mengelola eduwisata serta masyarakat sekitar dalam membuat kerajinan tangan serta batik dari anggrek, dan ribuan mitra untuk pemasaran anggrek.
“Maka terbentuklah Kampung Anggrek Dadaprejo ini. Petani sendiri bisa memperoleh pendapatan 5 hingga 10 juta rupiah dari lahan 100 meter yang mereka kelola bahkan saat pandemi bisa mencapai 10 kali lipat. Jika di total keseluruhan omzet dari Kampung Anggrek ini setiap bulannya 400 juta rupiah hingga 2 miliar rupiah,” terang Dedek yang juga ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia untuk Malang Raya.
Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat kagum dengan keuletan Dedek yang membuahkan hasil sangat luar biasa. “Inilah contoh nyata dari kegiatan ekonomi gotong royong, tidak hanya sekedar mengelola usaha agrobisnis tetapi juga memberikan dampak sosial yang luar biasa bagi masyarakat desa sekitar,” ujarnya.
Hal ini sejalan dengan yang dilakukan Intani dalam mengembangkan sektor pertanian dan perikan dengan pendekatan social enterprise, yang tidak hanya mengejar profit sebesar-sebarnya tetapi juga memerikan dampak sosial bagi sekitar dan juga melestarikan lingkungan.
Senada dengan yang disampaikan ketum Intani, Ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani mengatakan Dedek sebagai sosok inspiratif yang tepat sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani.
“Sosok yang sangat menginspirasi, benar-benar memulai dari awal tanpa bantuan pinjaman modal dari mana pun, terus bekerja kembangkan potensi yang ada dan membangun bisnis dengan mengedepankan social impact. Model bisnis yang patut diduplikasi untuk sektor usaha lainnya,” ujar Ila.
Di akhir Dedek memberikan pesan bagi para peserta webinar untuk terus mengembangkan hobi, karena bisnis yang dibangun dari hobi bisa sangat luar biasa hasilnya. “Dari awal mulai omzet saya hanya ratusan ribu sampai di 2013 baru bisa memperoleh omzet puluhan juta. Jadi tinggal konsisten, ulet dan tekun ketika sudah ketemu polanya maka tinggal memetik hasil,” tutupnya.
Webinar inspirasi bisnis Intani dengan tema Paduan Cantik Berbisnis Anggrek ‘Cuan & Social Impact’ diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah via daring zoom dan streaming di channel youtube TANITV.*