INDONESIAREVIEW.ID – Konsumsi telur di Indonesia jumlahnya cukup tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi daging ayam, hal ini disampaikan Ketua Umum Intani Guntur Subagja saat menyampaikan pengantar pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 108.
“Berdasarkan data BPS jumlah konsumsi daging ayam perminggu per kapita sebanyak 0,14kg, sedangkan telur ayam jumlah konsumsinya mencapai 2,4 kg. Ini menjadi peluang besar bagi para peternak ayam petelur,” terang Guntur.
Telur ayam menjadi jenis protein favorit masyarakat karena harganya yang juga relatif terjangkau. Guntur juga menyampaikan ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keseimbangan suplai dan demand.
“Pertama manajemen produksinya, ini harus disesuaikan dengan permintaan pasar sehingga fluktuatif harga terjaga. Kedua bagaimana peternak bisa menghasilkan telur kualitas terbaik, dan ini menjadi pr kita bersama untuk bisa menciptakan kemandirian pakan ternak,” jelas Guntur.
Selaras dengan yang disampaikan ketua umum Intani, Andi Haryono juga menyampaikan alasan ia memilih menjadi peternak ayam petelur karena peluang yang sangat besar terutama di daerah Banjarnegara.
“Jadi setelah saya meriset memang saat itu di Banjarnegara sendiri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi telur ayam masih dipasok dari luar Banjarnegara, dari situ saya tertarik untuk beternak ayam petelur,” ujarnya.
Andi menuturkan mulai merintis dari tahun 2012 dengan membuka toko peternakan Bara Poultry Shop. “Setelah berjalan sekitar dua tahun kemudian saya memutuskan resign dan fokus berbisnis,” terangnya.
Dengan latar belakang pendidikan sarjana peternakan, semakin membulatkan tekad Andi untuk menjadi pengusaha peternakan. Bara PS sendiri tidak hanya sekedar menjual pakan, obat dan lainnya tetapi juga membuka konsultasi gratis bagi para peternak ayam petelur.
“Konsultasi bisa di toko tapi ada kalanya saya datang langsung ke kandang para peternak, sesuai tagline kami ‘Lebih Dari Sekedar Menjual’,” ujarnya.
Setelah berhasil mengembangkan toko peternakan, Andi baru fokus membangun peternakan ayam petelur Jadid farm.
Andi menuturkan juga bekerja sama dengan para peternak ayam petelur skala kecil, dari mulai distribusi pakan hingga penjual telur.
“Saya sarankan ke peternak skala kecil untuk memotong jalur distribusi dengan menjual telur mereka langsung ke warung-warung agar nilai ekonominya lebih tinggi. Namun saat produksi mereka ada yang tidak terserap, boleh dijual melalui saya”.
Untuk pemasaran telur ayam produksinya, Andi biasa kirim ke toko-toko grosir dan pengepul.
Dalam menjaga kestabilan produksi, Andi juga menyarakan agar para peternak menggunakan pola usia ternak berjenjang.
“Jadi setidaknya dibuat 3 kelompok rentang usia, minimal dengan jarak 6 bulan. Sehingga ketika ada kelompok ayam petelur yang sudah tidak produktif, jumlah produksi telur tetap stabil,” ujarnya.
Saat ini Andi juga sedang merencanakan untuk membuat unit usaha untuk pengolahan limbah kotoran ayam. Selain meningkatkan nilai ekonomi bagi peternak juga bisa menjaga lingkungan.
Aktif dibeberapa organisasi memberikan dampak positif bagi usaha yang digelutinya. Saat ini Andi menjabat sebagai Ketua Umum BPC Hipmi Banjarnegara, Ketua Umum Asosiasi Peternak Ayam Petelur (ASPPERA) Banjarnegara, serta Bidang Pengupahan dan Jaminan Sosial APINDO.
Terbukti hingga saat ini Andi juga berhasil mengembangkan unit usahanya dengan membuka 4 cabang Bara Petshop dan juga Prameswari Cathouse yang fokus pada breeding kucing ras.
Modal terpenting dalam memulai usaha bagi Andi tidak selalu soal modal materi tetapi tentang mental, skill, relasi, komitmen, tanggung jawab dan kemauan tinggi untuk terus belajar.
Webinar dengan tema “Pengusaha Ternak Ayam Petelur” dipandu ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani ditayangkan daring via zoom dan streaming di TANITV diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*