INDONESIAREVIEW.ID – Lembang menjadi salah satu kawasan pertanian hortikultura di Jawa Barat dengan beragam komoditi. Salah satunya tomat beef yang dibudidayakan Ferry Ferdiansyah, petani sekaligus penyuluh pertanian.
“Banyak ilmu yang saya dapatkan dari menjadi penyuluh pertanian sejak 2009, jadi waktu saya pindah ke Lembang 2017 dari situ mulai bertani sendiri,” terang Ferry mengawali paparannya sebagai narasumber webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 107.
Tomat beef dipilih Ferry karena menurutnya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual tinggi, permintaan pasar yang cukup besar dan belum banyak petani yang membudidayakannya.
“Karakteristik tomat beef ini daging buahnya tebal dan kadar airnya sedikit, berat perbuah bisa mencapai 300 gram jadi setiap panen dari satu pohon bisa menghasilkan 5-8 kg,” ujarnya.
Untuk budidaya, Ferry menggunakan greenhouse karena tomat beef termasuk tanaman yang rentan terkena hama. Untuk bibit impor dan harganya terbilang mahal sekitar 3 juta rupiah untuk per seribu benih.
Namun Ferry menyampaikan dengan modal besar yang ia keluarkan cukup sepadan dengan penghasilan yang di dapat. Dari 7.000 meter persegi lahan yang ia kelola bersama anggota taninya setiap hari bisa panen 1 hingga 1,5 kuintal dan selalu terserap habis oleh pasar.
Pemasaran bekerja sama dengan Agro Tani Lembang, sebagai wadah pemasaran produk hortikultura di kawasan Lembang. “Selain itu kami bekerja sama dengan 7 pasar modern dan dua platforn e-commerce,” ujarnya.
Menurutnya harga tomat beef relatif stabil, saat ini per kg 15.000 rupiah. Maka jika dihitung-hitung dengan modal, hasil yang diperoleh cukup sepadan.
Ferry mengatakan untuk pemupukan dan penyiraman sudah menggunakan smartfarming, sehingga hanya memerlukan satu tenaga kerja untuk lahan seribu meter persegi. Greenhouse juga dibangun dengan kearifan lokal, sehingga modal yang dikeluarkan jauh lebih terjangkau.
“Per meter modal sekitar 100 ribu rupiah, untuk ketahanannya juga cukup lama bisa lebih dari lima tahun,” jelasnya.
Greenhouse dengan luas seribu meter persegi bisa ditanami 2 ribu pohon tomat beef. “Masa produktifnya hingga 8 bulan, jadi kami menggunakan pola tanam bergilir sehingga ketika ada tanaman yang sudah tidak produktif tingkat produksi tetap stabil”.
Ferry juga berpesan untuk sukses menjadi petani untuk fokus pada satu komoditi, sehingga bisa ekspert dari hulu hingga hilir. “Jangan baru gagal sekali sudah pindah komoditi lain atau lihat komoditi lain harga jualnya tinggi langsung ikut-ikutan tanam tanpa ilmu yang cukup. Selain itu jangan gengsi dan berkemauan tinggi untuk terus belajar,” terangnya.
Ketua umum Intani, Guntur Subagja sangat mengapresiasi keberhasilan Ferry sebagai penyuluh pertanian yang memberikan contoh nyata bertani yang modern dan manajemen tersrtuktur.
“Mulai dari optimalisasi lahan dan berkolaborasi sehingga bisa meningkatkan skala ekonomi para petani, sosok seperti inilah yang dibutuhkan untuk membantu para petani yang memiliki lahan terbatas,” ujar Guntur.
Selain itu Guntur juga menyampaikan dalam pengantarnya bahwa penggunaan teknologi smartfarming bisa menjadi contoh bagus untuk menarik minat para milenial untuk terjun menjadi petani.
Webinar dengan tema “Sukses Kembangkan Tomat Beef” dipandu Ila Failani, ditayangkan via streaming dan bisa disaksikan kembali di channel youtube TANITV*