INDONESIAREVIEW.ID – Agrowisata merupakan potensi besar yang bisa dikembangan di desa yang memiliki lahan pertanian. Dengan kearifan lokal, agrowisata di desa memiliki nilai lebih dibandingkan dengan yang ada di kota.

Nagari Andiang menjadi salah satu contoh desa yang membangun agrowisata dengan kearifan lokal untuk menuju desa yang mandiri. Memiliki lumbung pangan, pemandangan alam yang asri, serta lahan pertanian yang luas dan subur. Wali nagari sebutan kepala desa di Sumatera Barat, Gusfialdi, yang menjadi tokoh inspiratif webinar inspiratif bisnis Intani #55 adalah penggagas agrowisata petik jeruk di nagari Andiang, kecamatan Suliki, kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar.

Menjadi desa lumbung pangan bukan berarti masyarakat di sana hidup makmur. Gusfialdi berusaha menjadikan nagari Andiang menjadi desa yang mandiri. “Kondisi di nagari Andiang memprihatinkan, saat itu di bidang perkebunan, banyak lahan terbengkalai. Masyarakat lebih tertarik di bidang pertanian karena terbiasa dengan pola pikir mendapatkan hasil yang lebih cepat. Butuh waktu lama untuk mengubah pola pikir masyarakat yang terbiasa hasil instan.” tutur Gusfialdi (sumber: https://youtu.be/-HOl8F9BpyA).

Pantang menyerah, Gusfialdi selalu berkomunikasi secara rutin dengan masyarakat, tokoh masyarakat dan dinas pertanian. Gusfialdi sangat yakin bahwa gagasannya untuk mengembangkan sektor perkebunan hingga menjadi agrowisata kedepannya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. “Kami bersyukur dinas pertanian di kecamatan Suliki sangat mendukung dari segi bantuan bibit hingga transportasi produksi. Di awal kami minta bantuan bibit 2.000 hingga 10.000 selalu disetujui,” imbuhnya. Pertengahan tahun 2016, Gusfialdi dibantu dua rekannya mulai memanfaatkan lahan terbengkalai seluas setengah hektar di ketingian 600-700 mdpl untuk menanam jeruk. Tanaman jeruk dipilih karena sesuai dengan tanah yang ada di sana serta memiliki nilai lebih saat dijadikan agrowisata.

Awalnya belum ada akses jalan ke lahan sehingga Gusfialdi bersama masyarakat dan TNI mulai membangun jalan. Setelah itu masuk fasilitas listrik dan mulai dibangun sarana prasarana penunjang agrowisata. Setelah dua tahun berjalan, usaha Gusfialdi mulai terlihat hasilnya, 80% masyarakat bergabung memanfaatkan lahan mereka untuk perkebunan jeruk dan agrowisata.

Untuk menikmati wisata petik jeruk pengunjung cukup membayar tiket masuk dan diperbolehkan makan jeruk sepuasnya serta bonus pemandangan alam yang luar biasa. Hasil panen jeruk juga dijual ke pasar dan juga diproduksi menjadi minuman kemasan untuk meningkatkan nilai jual. Hal ini guna mensiasati saat hasil panen berlebih sehingga harga jatuh. Gusfialdi berharap ke depannya bisa bekerja sama dengan pihak swasta maupun pemerintah untuk pengadaan alat produksi minuman yang sesuai standar serta pemasaran produk yang lebih luas.

Guntur Subagja Mahardika sebagai ketua umum Intani sangat mendukung dan mengapresiasi apa yang disampaikan oleh wali nagari Andiang dalam webinar ini. “Sudah seharusnya pemerintah desa menggali potensi desanya, sehingga lebih banyak desa yang mandiri seperti nagari Andiang. Intani hadir untuk berpastisipasi membangun dan mengkoneksikan potensi-potensi yang ada di desa. Karena kami yakin membangun Indonesia kedepan bukan lagi dari kota-kota besar, tetapi membangun dari desa-desa. Kalau desa maju maka otomatis Indonesia akan maju.” tuturnya menutup webinar inspirasi bisnis intani. (sumber: desaglobal.id)*in

LEAVE A REPLY